Tampilkan postingan dengan label Memoar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Memoar. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Juli 2008

Tadrib al Lughah al Arabiyah al Mukatsafah

Pintu gerbang pesantrenku kembali terbuka, senyuman Pak Satpam kembali menyambut para santri kelas I, IV dan VI yang sudah kembali. Hari itu, tanggal 12 aku sangat bersemangat untuk kembali ke tempat peraduanku dalam mencari ilmu, tempatku mengembara dalam mencari makna, dan tempat ku berjuang mengalahkan semua tantangan. Ma'had Darul Arqam Muhammadiyah Garut, menjadi saksi semangatku yang sangat membara tatkala sampai dan memasuki dirinya. Seolah baru kemarin aku kelas I MTs., dan sekarang aku telah menjadi kelas I MA., memang waktu mengalir bagaikan air sungai. Entah ada jin apa yang merasuki tubuhku, tapi aku merasa seolah dilahirkan kembali. Aku seolah terlepas dari beban-beban yang membuatku stres ketika MTs., pokoknya sekarang aku merasa menjadi diriku yang baru, yang siapa tuk menyongsong masa depan yang cerah.

Episode I
Hari ini, tanggal 13 merupakan hari pertama Ma'hadku mengadakan acara, yaitu acara pembukaan taaruf, tadrib dan pembekalan PKL. Taaruf bagi kelas I, Tadrib bagi kelas IV, dan Pembekalan PKL bagi kelas VI. Dan aku oun berdebar-debar dengan apa yang terjadi padaku nanti. Seperti biasa sebuah acara yang monoton yang menurutku kayak gitu-gitu aja dan hanya sebagai formalitas kuikuti. Pak Mamak yang menjabat pimpinan ma'had kembali memberikan ceramah yang cukup lama. Dan ketika itu, aku semakin tidak sabar menantikan apa yang akan terjadi ketika Tadrib, apa ya? Mau tau?! yuk tetep aja baca tulisan ini.

Kami kelas IV putra-putri berkumpul di aula. Biasalah, seperti halnya acara pelatihan-pelatihan pada umumnya, kami semua dibagi berkelompok-kelompok, aku kebagian kelompok II. Dan setiap kelompok harus mengirim 3 orang wakilnya untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat bahasa Arab yang diadakan pada malam harinya. Ada hal yang menari dalam acara ini, tatkala setiap kelompok harus diberi nama, maka kelas ku bersepakat untuk memakai alumni kelasku aja yang udah keluar. Kelompok si Sahl namanya Imam Turmudzi, kelompok si Faisal namanya ar Razaq, kelompok si Irham namanya Abdul Ghani, dan mau tahu yang paling parah namanya? kelompokku yaitu Syihabudin. Soal kenapa parah gak usah tahu lah, ini urusan kelas angkatanku aja yang tahu. Dan setelah itu, ada pengumuman bahwa kelompokku kebagian pertandingan CC yang kali pertama, duh makin tegang nih buat malam kayak gimana ya?

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, setelah memperoleh materi-materi kebahasaan dari para guru, pada malam hari memang kegiatan tadrib diisi dengan kegiatan yang atraktif yaitu fawajir, atau dalam bahasa Indonesia cerdas cermat. Dan kelompokku pun maju ke depan untuk bertarung pemikiran. Dan tanpa memang sudah diperkirakan sebelumnya, kelompokku menjadi pemenang pertama dari lomba fawajir itu. Bahkan dengan skor yang tidak bisa dilebihi oleh peserta lain berikutnya-rekor- yaitu 2350. Yang kedua kelompok dari kelasku juga yaitu Faisal, dan yang tidak lolos ke babak selanjutnya yaitu dari kelas IV A yaitu kelompok Naufal dan Rohmatulloh.

Episode II
Sekarang hari kedua tadrib, dan ada suasana yang beda ketika subuh hari. Ba'da subuh yang biasanya waktu untuk mulai memasuki kelas dan belajar, khusus kegiatan tadrib ini maka teman-temanku dari kelas IV akan unjuk gigi berpidato bahasa arab dihadapan para santri dan asaatidz. Hari pertama Reno sebagai Raiisul Jalsah, Fathur dan Naufal yang jadi khatibnya. Ya walaupun memang masih dikritik oleh Pak Asep karena kurangnya kesiapan mereka, tapi setidaknya mereka sudah cukup berani untuk yang pertama kalinya berpidato bahasa Arab. besok adalah giliran aku lho buat khutbah al arabiyah. Yah, berarti hari ini aku harus nyiapin naskahnya dong!

Seperti jam sekolah biasanya, aku dan teman-temanku mengisi waktu untuk belajar bahasa arab bersama guru. Di tadrib ini, kami dapet guru yang keren-keren lho, Pak Ayi Mukhtar yang lulusan Universitas Ummul Qura Makkah, Bu Evi Fitriyah yang lama di Damascus dan pernah tiga tahun di Amerika, serta Pak Ahmad Saefudin dan Pak Ahmad Hidayat yang walaupun made in Indonesia tapi mereka tuh lulusan Gontor yang gak boleh diremehin kehebatannya, terus Pak Opiq yang emang jago qawa'id. Mereka mengajar kami semua ketika tadrib dengan antusias, dan nanti ketika kbm resmi sudah berjalan, mereka juga akan mengajari aku dan teman-teman ku lagi lho!

Siangnya, saat menyiapkan bahan naskah khutbah, aha! aku punya ide, aku akan mengambil tema tentang Birrul Walidain, dan akan menceritakan kepada teman-teman ku kisah Malin Kundang kepada teman-temanku dengan bahasa Arab. Keren gak tuh! Lalu, aku mulai menumpahkan kata-kata seadanya dari pikiranku ditemani oleh kamus yang selalu setia menemaniku. Sampai malam tiba, alhamdulillah naskahnya sudah selesai. Dan tinggal latihan retorikanya aja.

Episode III
Subuh ini, seperti biasa udara dingin kembali menyapaku, tapi entah kenapa aku merasa hangat subuh ini,mungkin udara yang dingin berbaur dengan panasnya rasa semangat ku dalam berkhutbah nanti. Sehingga pembauran itu membentuk sebuah sensasi yang benar-benar membuatku seolah akan mengunjungi dunia lain. Walaupun tidak terlalu tegang karena aku sudah terbiasa berpidato, tapi tetap saja ada perasaan khawatir di benakku kalau-kalau aku melakukan kesalahan. Tapi itu semua ternyata tidak terbukti, aku berpidato dengan sukses. Pak Ato memujiku dalam pengarahannya bahwa aku berhasil membuat naskah yang menggunakan kata-kata sehari-hari sehingga mudah untuk dimengerti pendengarnya.

Siang ini, aku mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi babak semi-final. Lawanku adalah Sahl, Faisal dan Fathur beserta teman-teman sekelompok mereka. Mereka kuakui nukan lawan-lawan yang mudah untuk dikalahkan. Mereka adalah orang-orang yang lolos dari babak penyisihan yang cukup ketat. Tapi aku yakin akan bisa menembus babak final malam ini.

Dan saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, 4 kelompok sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan hidup dan mati dalam permainan fawajir ini. Dan pertandingan berjalan seru, kami saling susul menyusul dalam perolehan natijah. Tapi terlihat hanya aku dan Fathur yang paling mendominasi, dan benar saja perkiraanku, akhirnya pertandingan pun berakhir dengan skor sama untuk ku dan Fathur yaitu 1900. Santri putri pun bersorak histeris menyaksikan pertandingan kami yang seru tersebut, dan tatkala menyaksikan skor akhir, mereka kembali bersorak puas menyaksikan pertandingan yang sangat memacu adrenalin ini.

Episode IV
Hari-hariku menjadi lebih segar tahun ini. Eh, aku belu cerita ya? Kakak kelas ku Taqia dan Iqbal udah pulang dari Amerika Lho. Mereka membawa sesuatu yang sangat berharga ke De-A, yaitu pengalaman. Mereka juga memiliki kemampuan berbahasa yang sangat mantap lah, sampai-sampai gaya bicara bahasa Indonesianya udah kayak Cinta Laura gitu deh! Ya, begitulah mungkin efek 1 tahun tinggal di USA, sampai bahasa Indonesia juga ada yang lupa. Yah, hari ini aku gak terlalu sibuk, soalnya baru besok aku bertanding final cc. Dan seperti biasa aku belajar lagi dengan teman-teman serta guruku untuk saling transfer ilmu.

Malamnya, aku juga penasaran ingin mengetahui siapa kelompok putri yang akan menjadi lawanku di final. Yang bertanding yaitu Yushi, Ghina, Ari dan Dhini beserta teman-teman satu kelompok mereka. Dan memang benar, semangat mereka sangat membara malam itu, mereka seakan lupa bahwa mereka itu adalah satu kelas. Mereka saling "menyerang" untuk saling menumbangkan, sampai akhirnya, kelompok Dhini dan Ghina lah yang jadi pemenangnya.

Episode V
Dan hari ini, adalah bisa di bilang adalah klimaks dari acara tadrib ini. Karena setiap kelas mempertaruhkan nama baiknya dalam pertandingan final fawajir nanti malam. Yang masuk final adalah kelompoknya Fathur dari kelas IV A, kemudian kelompokku dari kelas IV B, dan kelompok Ghina serta Dhini dari kelas IV Putri. Kami berempat bersama teman-teman pendukung kami sangat bersemangat mendukung kami. Dan pertandingan itu pun tiba, dihadiri oleh Pak Ato, Pak Ahi, Pak Hilmi serta para pembina yaitu Pak Oleh, Pak Iwan dan Bu Rosyda yang tak kalah larut dalam guncangan adrenalin malam itu. Dan entah kenapa, malam itu aku banyak membuat kesalahan malam itu, sehingga aku puas menduduki posisi ke empat deh. Ketiga Fathur, kedua Ghina dan Pemenangnya dari kelompok Dhini. Ya, aku sangat puas malam itu, karena aku bertemu dengan orang-orang yang sangat hebat yang dapat mempecundangiku malam itu. Jujur rasa kecewaku tak sebanding dengan rasa banggaku mempunyai teman-teman yang sangat hebat dalam berbahasa Arab. Aku jadi punya harapan besar untuk membangunkan kembali ghirah bahasa Arab yang sedang tertidur dalam diri santri Darul Arqam bersama mereka. Dan Pak Kepala Sekolah pun memuji kami, karena 90% pertanyaan dapat kami jawab dan hanya sedikit pertanyaan yang tidak kami mengerti. Dan aku sendiri menganggap bahwa tadrib tahun ini merupakan tadrib terbaik sepanjang masa.

The Last Episode
Hari demi hari telah kulalui, dan inilah hari terakhir aku menjalani tadrib. aku sedih banget lho, kenapa tadrib cuma satu minggu, bentar banget tuh! aku pinginnya sebulan aja atau lebih, Insya Allah aku bakal jago bahasa Arab. Dan acara penutupan pun tiba, seperti biasa pasti ada ceramah Pak Mamak dan pembagian hadiah. Aku maju ke depan untuk mengambil hadiah kelompokku yang juara keempat fawajir. Dan yang aku tidak sangka adalah bahwa ternyata aku juga di nobatkan sebagai peserta terbaik pada acara Tadrib. Alhamdulillah lah, setidaknya itu bisa jadi penghibur kekalahanku semalam.

Hari ini, aku dilahirkan kembali
Di Aliyah ini, aku mempunyai semangat yang baru
Dan akan ku tembus badai itu

Senin, 16 Juni 2008

FANTASTIC TOUR 2008: An Unforgetable Memory

Selasa malam, 10 Juni 2008 menjadi sebuah malam yang sangat bersejarah bagiku dan teman-teman. Malam itu, kami memulai sebuah babak baru bagi perjalanan angkatan kami. Acara yang sejak lama kami rencanakan akhirnya sudah di depan mata, dan kami sudah tidak sabar menunggunya. Diiringi dengan perubahan rona wajah teman-temanku yang menjadi lebih cerah pada malam itu, kami memulainya dengan mengadakan pembukaan disertai pengarahan oleh Bapak Agus Yusuf dan Pak Ruhan. Kemudian kamipun mempersiapkan diri serta perbekalan untuk menyongsong Dunia Fantasi nanti. Akhirnya bis yang ditunggu-tunggu datang juga, dan kurang lebih pukul setengah sebelas malam akhirnya perjalanan panjang pun dimulai.

Suara didalam bus menjadi semakin gaduh tatkala Aghe dan kawan-kawan mulai bernyanyi, diiringi hentakan drum Fikri yang memecah keheningan malam itu. Di dalam bus pun kami menyempatkan diri untuk menonton film Evan Almighty yang cukup menghibur. Malam itu pun kami larut dalam kegembiraan yang terpancar raut muka kami di sepanjang perjalanan.

Saat fajar mulai menyingsing, kamipun sampai di sebuah tempat yang membuat hati kami tak henti-hentinya memuji asma Allah SWT. Mesjid Kubah Emas Dian Al Mahri Depok memang membuat mata kami terbelalak. Arsitektur dan keindahan mesjid itu memang membuat seakan kami berada di negeri lain. Mesjid yang dibangun oleh Dian Al Mahri tersebut memang sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin melihat keindahannya. Sehingga aku berpikir kalau mesjid ini lebih baik dijadikan museum daripada mesjid. Kami melaksanakan sholat subuh disana dan mandi serta bersiap-siap untuk menuju Jakarta.

Mesin bus kembali dijalankan, suasana menjadi gaduh kembali tatkala Dulloh dan kawan-kawan bernyanyi kembali, dan kegembiraan pun kembali menyelimuti hati kami semua. D’Masiv, Changcuters, Close Head dan Avenged, menjadi band yang hits nya dinyanyikan oleh kami. Dan kami pun larut dalam canda tawa seiring dengan kencangnya bus menuju tempat tujuan.

Akhirnya, tibalah kami di tempat tujuan, di tengah udara yang hampir-hampir membakar kulit kami, dan teriknya sinar matahari kami pun mulai melakukan petualangan. Tapi sebelumnya untuk mengisi energi dalam tubuh kami, kami makan dulu di restoran Laut Biru yang memang menyajikan makanan yang cukup memuaskan dan mengenyangkan kami. Setelah itu, sambil menunggu Dufan dibuka, kami menikmati pemandangan Pantai Ancol yang walaupun terlihat sedikit keruh. Teman-temanku pun ada yang berwisata ke tengah laut dengan perahu yang disewakan oleh para nelayan untuk mencari nafkah.

Tatkala gerbang Dunia Fantasi dibuka, kami pun mulai memasukinya dengan penuh semangat dan harapan. Kemudian kami yang berkelompok-kelompok mulai menikmati wahana-wahana yang memicu hormone adrenalin serta menghasilkan hormone endorphin dalam tubuh kami. Halilintar, Arum jeram, Tornado, Extreme Log, Perang Bintang, Kicir-kicir,Kora-kora, dan banyak wahana lainnya kami jelajahi. Walaupun masih ada teman-temanku yang merasa “masih punya jantung” sehingga enggan untuk menaikinya. Tapi tak apalah, memang Allah memberi kemampuan kepada setiap manusia itu berbeda-beda, dan hal itu merupakan rahmat Allah bagi kita semua. Walaupun kami sudah menjelajahi wahana-wahana Dufan, tapi rasa lelah seolah enggan menghampiri kami. Yang kami rasakan hanya sebuah euphoria atas keberhasilan kami merealisasikan mimpi menjadi nyata. Pak Oleh, pak Ruhan, Pak Yadi, Pak Agus Barkah, Pak Opik, Bu Ai, Bu Eka dan Bu Ummi pun gembira sekaligus bangga melihat anak-anak didik mereka yang masih nakal-nakal ini bisa mrealisasikan cita-cita mereka. Momen-momen bahagia tersebut berhasil terdokumentasikan dengan baik berkat kerja juru foto angkatan yang menenteng kamera kemana pun mereka pergi.Dan setelah puas menikmati wahana-wahana Dufan, kami menyaksikan pertunjukan Police Academy yang membuat kami kagum walau ada sebagian adegan yang memang tidak pantas dilihat oleh seorang santri. Dan hari pun menjelang petang, tak terasa beberapa jam lagi Fantastic Tour akan segera berakhir.

Huh, akhirnya lelah pun menghampiri kami juga, tapi alhamdulillah kami disambut kembali oleh hidangan yang menunggu disantap oleh kami di restoran Simpang Raya. Kemudian setelah menunaikan Solat Maghrib, kami kembali menaiki bus untuk menuju Mesjid At Ta’awun Puncak. Ditengah perjalanan pun euphoria kami ternyata belum lenyap. Kami bernyanyi bersama-sama dengan satu orang yang bernyanyi di depan. Aku, Arrozaq, Faisal, Dulloh, Irham, Adus, pun menjadi orang-orang terpilih untuk bernyanyi di depan teman-teman. Tapi ada satu teman kami yang (sorry ya Den!) memang benar-benar jual mahal, yaitu Dendy.Entah kenapa padahal rambutnya yang baru di rebonding cukup terlihat sebagai sebagai vokalis band lho. Tapi dibujuk dengan rayuan apapun tetap tidak menggoyahkan ketetapan hatinya untuk tidak bernyanyi. Ya sudah lah, daripada membuang-buang waktu lebih baik teman-temanku yang lain yang bernyanyi.Saat pemenangnya diumumkan, aku tak menyangka ternyata akulah pemenangnya bersama arrazaq. Memang bukan suara sih yang dinilai, tapi berdasarkan polling teman-teman, dan mereka banyak yang memilihku, sehingga akulah pemenangnya.

Malam itu, tibalah saat-saat penutupan acara di Masjid At Ta’awun Puncak. Kami berkumpul di halaman masjid untuk acara pembagian hadiah sekaligus penutupan acara. Walaupun masih banyak teman-temanku yang tertidur di bus dan tidak mengikuti acara tersebut, tapi acara tetap berlangsung dengan baik. Tidak semua dari kami merasakan kebahagiaan malam itu, ada seorang teman kami yang terkena musibah yaitu Shasha. Dia kehilangan tas serta barang-barang yang ada di dalam tas itu. Dia terus bersedih sepanjang malam itu. Yah, mungkin iman dia lagi naik kali, jadi Allah Swt. memberikan ujianNya malam itu. Kami semua juga turut membantu mencari tasnya di masjid itu. Semoga dia ikhlas menerimanya.

Acara demi acara telah kami lewati, dan bus pun sudah menunggu kami untuk kembali ke Ma’had tercinta ini. Sungguh perjalanan pulang serasa beberapa menit saja, karena mayoritas dari kami tertidur dalam perjalanan. Bahkan kami di kelasku, hanya IFT saja yang terbangun saat membeli oleh-oleh untuk keluarganya di Cianjur. Duh, memang sudah pada cape kali ya!. Saat terbangun, ku sudah melihat lagi pemandangan Garut malam hari, dan tinggal beberapa ratus meter lagi dari Ma’had. Akhirnya, Fantastic Tour pun usai, dengan menyisakan kenangan yang indah dihati kami. Tepat pukul 3 subuh, kami masuki lagi gerbang Ma’had yang sunyi karena para santri belum pada bangun. “Sal, sukses!” kata Pak Yadi kepada ketua pelaksana Faisal. Memang diluar dugaan, tapi inilah hasil perjuangan kami. Walaupun dalam perencanaan acara ini kami banyak melakukan blunder-blunder dalam mengorganisasi acara, tapi ini cukup adil bukan. Allah Swt. memberikan kepada kami khusnul khatimah bukan karena kesalahan kami yang banyak, tapi karena tekad kami yang tak pernah padam. Dan ingat bahwa kesalahan-kesalahan yang kami perbuat merupakan kado dari Allah Swt. yang menunjukan kepada kami kekurangan-kekurangan sehingga kami dapat memperbaikinya kelak.

Memang Fantastic Tour menjadi sebuah memori yang tak terlupakan bagi kami. Karena disanalah kami merasakan hebatnya kebersamaan. Walaupun setiap hari kami selalu bersama-sama baik di asrama, di kelas maupun di masjid, tapi Fantastic Tour menjadi sebuah memori dimana kami bersama-sama dalam kegembiraan. Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin