Selasa, 30 Desember 2008

Enak Kali Ya Jadi Orang Muslim

Wah, sudah lama ya aku gak nulis lagi disini, gak tau kenapa aku jadi gak terlalu aktif buat ngisi blog ku ini. Tapi gak apa-apa lah, sekarang aku akan coba berbagi sebuah anekdot pada teman-teman, mufah-mudahan ada hikmahnya.

Pada suatu hari, ada seorang Pakistan yang naik Pesawat untuk menuju Amerika di Bandara Changi Singapura. Kebetulan di belakang pria tersebut adalah orang Amerika yang sepertinya sinis dengan agama Islam. Karena tahu bahwa yang di depannya itu adalah orang Islam, kedua pria Amerika tersebut mulai mengolok-olok pria didepannya.
"Hai kawan, tahu tidak, bulan kemarin aku disuruh bos ku untuk ke Saudi Arabia, tapi aku menolak tidak mau pergi" kata pria yang satu.
"Lho memangnya kenapa ?" kata pria yang satunya.
" Karena disana banyak orang muslim" kata pria itu lagi sambil mengolok-olok.
Kedua pria tersebut tertawa terbahak-bahak.
Lalu giliran pria yang satunya, "Eh, kamu tahu tidak, kemarin juga aku di ajak istriku untuk pergi ke Iran, tapi aku menolaknya" kata pria tersebut.
" Lho, kenapa kamu juga tidak mau?"
" Karena disana banyak orang muslimnya" katanya.
" Terus aku ingat saat ibuku mengajakku ke Indonesia untuk bertamasya, tapi aku tetap tidak mau"
" Aku tahu jawabanmu, pasti karena disana banyak muslimnya juga kan!"
Mereka berdua tertawa puas karena sudah mengolok-olok orang muslim di depan mereka.
Akhirnya, pria muslim yang tadi terus diejek habis kesabarannya dan berbalik kebelakang. Dia mengatakan" Hai Bung, kenapa kalian tidak pergi saja ke neraka, ku dengar tidak banyak orang muslim yang tinggal di sana !"

Rabu, 26 November 2008

Sebuah Pesan tuk Mujahid Dakwah

Berdakwah adalah sebuah tugas suci nan mulia yang diemban oleh orang-orang yang dirahmati Allah Swt. Mulai para nabi dan rasul serta para ulama dan mubaligh yang sampai sekarang masih menyerukan tentang kebenaran Islam. Mereka semua dengan tulus dan ikhlas rela mengorbankan harta, jiwa serta tenaga demi kejayaan Islam sebagai agama rahmatan lil Alamin. Mereka tidak peduli walau harus dicaci maki, difitnah, dibenci atau diasingkan oleh orang yang menentang dakwah mereka. Memang begitulah jalan para mujahid dakwah, tapi perjuangan mereka tidak akan sia-sia, karena keridhaan Allah Swt. senantiasa menyertai mereka.
Saat menyelami manis dan pahit jalan dakwah, kita sebagai mubaligh yang beradab pasti punya etika dalam berdakwah terhadap orang-orang di sekitar nya. Mengenai etika dakwah, kita dapat lihat dalam Firman Allah QS. An-Nahl :125 yang berbunyi:
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik”
Nah, dari ayat itu setidaknya kita tahu tiga etika yang harus dipraktekan para mubaligh dalam menjalankan misi dakwah mereka.
Yang pertama, seorang mubaligh harus menunjukan kepribadian yang bijaksana kepada semua orang. Bijaksana artinya antara yang di dakwahkan dengan prilakunya sehari-hari tidak jauh berbeda. Jangan sampai seorang mubaligh menyuruh sholat tapi dirinya sendiri jarang melaksanakan shalat, Nauudzubillah! Kemudian seorang mubaligh yang bijaksana juga mencerminkan budi pekerti yang luhur bagi sesamanya , kehadirannya mampu menjadi sumber kebahagiaan bagi yang lain, dan ketidakhadirannya menjadi sumber kerinduan yang lain. Salah satu langkah untuk menjadi mubaligh yang bijak adalah dengan membudayakan senyum, salam, sapa, sopan dan santun tatkala menghadapi orang lain.
Yang kedua, dalam menasihati orang lain, seorang mubaligh harus bisa menasihati dengan kata-kata yang halus dan tidak menyakiti perasaan atau menghina yang didakwahi. Karena tujuan kita sebagai pendakwah adalah untuk menyadarkan seseorang agar kembali ke jalan yang benar, bukan menjatuhkan atau menghancurkan harga diri objek dakwah. Kita boleh bertindak keras hanya sebagai pembelaan diri manakala dakwah kita dihalangi oleh musuh. Dan ingat bahwa sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.
Yang ketiga, apabila ada orang yang mendebat apa yang kita dakwahkan, maka hadapilah dengan tenang. Jangan sampai emosi kita terpancing sehingga malah menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi seorang mubaligh. Tunjukan bahwa kita adalah para mubaligh terdidik yang dapat mematahkan argument lawan tanpa terbawa emosi atau berlaku anarkis. Hanya dengan pemikiran yang jernih lah dakwah kita dapat diterima oleh orang-orang.
Kawan-kawan mujahid dakwah, sadarkah kalian bahwa di Darul Arqam ini sangat sulit ditemukan seorang santri yang berjiwa dakwah dan berprilaku mubaligh. Kalian bias dengan mudah orang yang jago silat, jago basket, jago dalam hal pelajaran, jago ngegambar atau santri-santri hebat dalam bidang lainnya. Tapi berapa banyakkah diantara mereka yang memiliki semangat dakwah, aa yakin sedikit. Mimbar-mimbar sekarang bersedih karena merasa dirinya menjadi makhluk yang paling ditakuti santri. Kebenaran juga merintih karena dia merasa tidak ada yang mau membawanya ke dalam hati para santri. Tinggal kita yang tersisa, para anggota Korps Mubaligh Remaja yang siap mengibarkan panji-panji dakwah di Ma’had Darul Arqam ini. Mari kita tebarkan bibit-bibit perubahan melalui perilaku kita yang berakhlakul karimah, nasihat-nasihat kita yang menyejukan hati dan menyadarkan jiwa. Insya Allah naungan rahmat Allah Swt. Kan senantiasa menaungi kita dimana pun kita berada.
Kawan-kawan mujahid dakwah, memang mengharap senang dalam berjuang bagai mengharap gemerlapnya bintang di tengah siang. Tapi inilah jalan kita, jalan menuju keridhaan Allah Swt. Jalan kebenaran yang penuh dengan kerikil-kerikil tajam, dan lubang-lubang yang menganga siap menjebak kita. Jalan yang sunyi hanya sedikit teman menemani. Tapi bersabarlah, karena pertolongan Allah itu sangatlah dekat dan indah, sedangkan azab Allah itu amat keras lagi menghinakan.
Kawan-kawan mujahid dakwah, mungkin hanya ini yang bias kakak-kakak KMR sampaikan. Kami hanya tidak ingin kalian mengalami seperti yang kami rasakan sekarang. Jiwa yang gelap dari cahaya Allah, hati yang gersang dari sejuknya setetes air kebenaran, dan diri yang lalai dari mengingat Allah Swt. Kami berharap mulai dari kalianlah Darul Arqam dapat kembali menemukan cahayanya yang telah lama pudar. Yang telah terkotori oleh pekatnya lumpur duniawi yang membuat jijik setiap orang yang melihatnya.
Kawan-kawan Mujahid dakwah, mintalah perlindungan kepada Allah swt dari rasa putus asa atas jalan yang kan kalian lalui sekarang. Mintalah kepada Allah swt kesabaran dalam mengarungi lautan penuh badai ini. Dan mohonlah pertolongan kepada Allah swt. Dengan sabar dan shalat.
Sekianlah sebuah tulisan yang amat tak berarti, apabila tak dibarengi dengat aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sekianlah untaian-untaian kata yang amat tak bemakna, apabila tidak ditanamkan ke dalam jiwa.

Rabu, 29 Oktober 2008

Mujahid Muda

Hai mujahid muda maju ke hadapan
Sibakkan penghalang satukan tujuan
Kibarkan panji islam dalam satu barisan
Bersama berjuang kita junjung keadilan

Jangan bimbang ragu tetaplah melaju
Hapus bayang semu di lubuk hatimu
Bergerak ke depan bagai gelombang samudera
Lantakkan tirani runtuhkan angkara murka

Reff:
Majulah wahai mujahid muda
Dalam satu cita tegak keadilan
Singkirkan batas satukan kata
Kebangkitan Islam telah datang

Sabtu, 11 Oktober 2008

The Power of Giving

Memberi mungkin menjadi sebuah kata yang tak asing bagiku. Tapi manakala aku dihadapkan pada keadaan dimana aku harus melakukannya, seringkali aku membuang-buang waktu untuk berfikir, aku seringkali diselimuti oleh keraguan dan ketakutan. "Wah, kalau aku memberi, nanti aku yang jadi rugi, atau kalau aku memberi, nanti aku jadi tidak kenyang, kalau aku memberi, nanti waktuku yang berharga jadi terbuang" dan beribu kekhawatiran yang lain mengalir di benakku. Benarkah yang kulakukan, saat ku berfikir rasional memang benar apa yang ku lakukan, saat aku punya uang 10.000 kemudian ku berikan kepada adikku 5.000, maka sisanya pasti 5.000 atau saat ku punya 10 buah permen kemudian ku berikan kepada teman-temanku 3 buah, sisanya memang pasti 7. Yah, beruntung aku masih ingat pelajaran matematika saat di SD.

Setelah aku mulai beranjak dewasa,aku sadar ternyata hukum-hukum yang ku pelajari pada pelajaran matematika tidak selalu benar. Ayahku pernah cerita bahwa sewaktu dia kecil, saat dia masih hidup di desa, ada sebuah sumur di depan rumahnya yang setiap hari airnya diambil oleh hampir seluruh warga desa. Dan di ada sebuah rumah yang mempunyai sebuah sumur, diamana sumur tersebut hanya diambil oleh penghuninya saja yang berjumlah sekitar 5 orang. Ayahku berfikir bahwa pasti air sumur yang berada di depan rumahnya akan habis karena diambil oleh banyak orang. Sedangkan sumur yang hanya dimiliki oleh satu keluarga airnya pasti akan lama habisnya karena diambilnya sedikit. Namun suatu keanehan terjadi, saat musim kemarau tiba, sumur didepan rumah ayahku yang airnya banyak diambil oleh warga tidak menjadi kering, malah airnya jadi tambah banyak. Sebaliknya, sumur yang sedikit diambil airnya malah menjadi kering dan hampir tidak menghasilkan air. Dari kejadian itu ayahku mulai berfikir, kenapa perkiraannya bisa salah. Setelah ia menginjak SMA, pada pelajaran geografi, ayahku akhirnya tahu bahwa ketika sumur airnya terus menerus diambil, maka hal itu akan meimbulkan tekanan ke dalam tanah sehingga memunculkan lubang dan sumber air yang baru pada sumur tersebut. Maka nya, tidak aneh kalau saat kemarau tiba, sumur yang diambil airnya oleh banyak orang tersebut tidak habis dan malah bertambah airnya.

Dari situ aku mengambil sebuah hikmah bahwa pada dasarnya memberi tidak membuat apa yang kita miliki berkurang, melainkan bertambah. Dan aku yakin sudah banyak hal yang terjadi pada kita yang membuktikan hal ini. Terlebih setelah aku masuk pesantren dan mendapatkan pelajaran agama yang intensif, aku jadi tahu bahwa perumpamaan orang-orang yang menginfakan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebuah biji yang menumbuhkan 7 tangkai dan pada tiap-tiap tangkai tersebut ada 100 biji lagi. Apalagi menurut Pak Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah bahwa 7 nya Allah itu bukan angka diatas 6 dibawah 8, melainkan berarti banyak. Berarti bayangkan betapa banyaknya ganjaran yang Allah berikan kepadaku manakala aku menginfakkan hartaku di jalanNya, wuih, pasti banyak banget ya! Lalu aku juga diajarkan tentang Surat Ali-Imran ayat 134, yang kalau gak salah bunyinya kayak gini : Alladziina yunfiquuana fis sarraai wad dlarraai ... al ayah. Ada yang menarik di sini, kalau di ayat-ayat lain kita menemukan setelah kata yunfiquuna biasanya ada aful bih nya. Misalnya yunfuquuna amwaalahum. Tapi di ayat ini gak ada lho, ok lah aku artikan dulu, Yaitu orang-orang yang menginfakkan baik ketika lapang maupun ketika lapang dst. Ayat ini menerangkan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa. Setelah aku tanyakan, ternyata dalam kaidah bahasa arab, jikalau ada fiil mutaadi yang tidak ada maful bih nya, maka maful bih nya dianggap umum. Dari sini aku dapat pelajaran lagi, bahwa yang namanya memberi tuh gak hanya harta, tapi apapun kebaikan adalah sodaqoh. Tenaga, ilmu, bahkan senyum pun adalah sodaqoh. Dan berdasarkan ayat tadi, aku bisa memberi tidak hanya dalam keadaan lapang atau banyak uang, tapi saat sempit atau gak punya uang pun aku dapat memberi kepada orang lain.

Terakhir ni ya! aku juga udah cape nih ngetik terus, ada hal yang aku gak boleh lupa dalam memberi adalah keikhlasan. Setelah aku berfikir dan membaca berbagai referensi, bahwa ikhlas tuh kayak bom nuklir lho. Ok lah, bayangkan sebuah dinamit yang ukuran besar, mungkin saat diledakkan hanya radius ratusan meter yang terkena efek ledakannya. Tapi bom nuklir yang hanya terbentuk dari reaksi fusi, yang bahkan kita tidak dapat melihat partikel nuklir tersebut dengan mata telanjang, daya ledaknya bisa ratusan kilometer. Begitupun kalau berharap memperoleh sesuatu yang besar dari memberi, mungkin aku hanya bisa seperti dinamit tadi. Tapi tatkala ku mengecilkan keinginan untuk mendapat balasan bahkan meniadakannya, maka mungkin balasan yang ku terima bisa seperti ledakan bom nuklir tadi. Dan ada juga nih sebuah tumus matematika bahwa bilangan apapun apabila di bagi nol maka hasilnya tidak terdefinisikan atau infiniti. Seperti itu juga keikhlasan, aku harus berusaha mengnolkan keinginan mendapat balasan.

Mungkin segini aja lah curhatku
Hanya sekedar curhat kok, aku tak bermaksud menggurui karena yang membaca Insya Allah lebih baik dan lebih banyak ilmunya daripada yang menulis

Rabu, 24 September 2008

Ma'hadku Surgaku

"Ma'hadku Surgaku", begitulah tema Tabligh Akbar pada acara Gema Ramadhan tahun ini. Aku tidak tahu kenapa tema ini yang dipilih dan aku juga belum begitu mengerti esensi dan tujuan dipilihnya tema ini. Biasa, pas rapat seolah-olah segalanya serba mendadak, belum dipikirkan secara matang. Yah, aku jalani saja, nanti mungkin bakal tahu sendiri.

Malam itu tepatnya tanggal 20 Ramadhan, acara pun akan dimulai. Kebetulan aku ditunjuk sebagai moderator bersama Teh Rani ketua SDI putri pada malam itu. Kebetulan yang akan menjadi pembicara pada malam itu adalah Pak Jusep Juanda seorang pengacara yang juga aktif di PDM Garut. Aku juga sedikit bingung waktu itu, tapi aku coba jalani, dan acara pun dimulai. Seperti biasa setelah memperkenalkan pemateri, kami langsung membicarakan topik inti. Pak Jusep pun mulai mencoba menenangkan para santri yang rasanya semakin hari semakin ribut saja kalau ada orang yang berbicara. Lalu Pak Jusep pun menerangkan keutamaan para pencari ilmu, dengan menggunakan dalil-dalil ia dengan paercaya diri menegaskan bahwa orang yang mencari ilmu iyu mulia kedudukannya disisi Allah Swt. Nah satu hal yang menarik dalam acara ini bahwa ketika kami membahas tentang ma'had kami. Ternyata para santri menganggap ma'had ini lebih seperti penjara suci daripada ma'had. Aku tidak tahu kenapa seperti itu, mungkin lebih disebabkan satpam yang sekarang lebih tegas dalam perizinan, atau apa? yah tapi Pak Jusep mencoba menjelaskan bahwa kita harus bisa menjadikan ma'had ini sebagai surga untuk kita, katanya. Yah, cukup menarik pembahasan kami malam itu, dan sesuai tema, akhirnya kami harus membuat kesimpulan bahwa ma'had kita adalah surga bagi kita, dan jangan sekali-kali berpikir bahwa ma'had adalah sebua penjara.

Acara pun selesai, para santri bubar seolah segera menjemput rasa kantuk yang telah menguasai tubuh mereka. Tugas ku pun selesai, namun masih ada ganjalan di hatiku tentang masalah ini. Sebenarnya ma'had ini memang penjara, kataku dalam hati, dan aku bangga berada di dalam sebuah penjara. Kalau aku pikir, kebanyakan orang hebat dapat menghasilkan karya besar mereka di penjara lho! Sayyid Quthb yang menyelesaikan Tafsir Fii Zhilalil Qur'an saat dia dipenjara. Hamka yang menyelesaikan Tafsir al-Azharnya juga saat beliau dipenjara. Ibnu Taimiyyah yang menyelesaikan Kitab Fatwa-fatwanya saat dipenjara. Ok lah, tidak usah jauh-jauh, kakak kelasku yang sekarang kelas 6 atau 3 Aliyah, dia berhasil menulis sebuah buku yang mungkin membuat seluru jagad de-a iri padanya. Namanya Irvan Nasily, dia menulis buku "Devil Wears Uniform". Dan itu dia lakukan saat berada di ma'had yang banyak orang menyebut sebagai penjara.

Aku terkadang merasa tidak betah hidup di ma'had ini, tapi aku pikir inilah jalan menuju cita-cita ku, aku harus bisa menikmati apa yang ada, makanannya, santri-santrinya, pendidikannya, guru-gurunya serta apapun yang terjadi kepadaku di ma'had ini. Kesuksesan tidak didapat dengan hidup enak, melainkan butuh perjuangan. Mungkin terlalu di dramatisir ya? tapi disisi lain, aku juga sangat bahagia hidup di Ma'had Darul Arqam.

Dan sekarang aku mulai ragu terhadap orang yang hidupnya enak-enakan di ma'had,
Akankah mereka berhasil?

Kamis, 21 Agustus 2008

Untaian-untaian Tasawuf dalam "Terima Kasih Cinta"

Tersadar didalam sepiku
Setelah jauh melangkah
Cahaya kasihmu menuntunku
Kembali dalam dekap tanganmu

Terima kasih cinta untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semuaaa kesalahanku yang pernah menyakitimu

Tanpamu tiada berarti
Tak mampu lagi berdiri
Cahaya kasihmu menuntunku
Kembali dalam dekapan tanganmu


Ada sebuah hal yang menarik dalam lagu terima kasih cinta yang mungkin luput dari pandangan kita. Kita mungkin hanya menganggap lagu ini hanya seperti lagu cinta biasa yang isinya begitu-begitu saja. Tapi aku punya penafsiran lain dengan lagu ini, coba deh perhatikan baik-baik teks lagu ini. Sekilas memang tidak ada yang aneh dengan lagu ini, karena memang masih menggambarkan romantika percintaan anak muda biasa. Tapi aku mencoba melihat lagu ini dari sisi yang lain.

Aku melihat terdapat unsur-unsur tasawuf yang sangat kental dalam lagu ini. Aku mencoba untuk menukar kata "cinta" dalam lagu ini dengan makna "Sang Pemilik dan Pencipta Cinta". Maka aku mendapat sebuah syair yang seperti dibuat oleh para sufi untuk memuji keagungan Allah Swt, serta mengharapkan pengampunan Allah Swt.

Coba lihat deh dari mulai bait pertama, syairnya menunjukan tentang seseorang yang sedang tersesat dan salah menempuh jalan, tapi kemudian Sang Kekasih menuntun dan memberi petunjuk untuk kembali ke pangkuanNya. Dari sini kita mengetahui salah satu sifat Sang Kekasih yang ingin diungkapkan oleh bait pertama, yakni sifat "Rahmat dan Cahaya bagi Seluruh Alam".

Nah, sekarang kita menginjak ke bait kedua yang juga merupakan reff dari lagu ini. Dalam bait ini jelas terlihat bahwa setelah mendapat petunjuk dari Sang Kekasih, seorang hamba yang tersesat pun berterima kasih atas segala hal yang telah dilakukan oleh Sang Kekasih. Dia juga berjanji untuk berbuat kesalahan yang sama kepada Sang Kekasih. Dari syair yang terdapat pada bait kedua ini, maka kita dapat mengambil dua sifat yang harus dimiliki seorang sufi dalam bertaqarub kepada Sang Kekasih, yakni Syukur dan Taubat.

Di bait yang terakhir, seorang hamba menyadari bahwa dirinya tak berarti apa-apa tanpa kehadiran Sang Kekasih di sisinya. Dia juga tidak bisa melakukan apa-apa kalau tidak dalam petunjuk Sang Kekasih. Maka syair di bait terakhir ini menjelaskan kepada kita tentang satu sifat lagi, yakni sifat Tawakal kepada Sang Kekasih. Yakni menyerahkan sepenuhnya dirir hamba atas kehendak dan perlindungan Sang Kekasih.

Jadi secara umum, lagu ini menggambarkan kecintaan seorang hamba terhadap Kekasihnya. Yang kalau dalam ilmu Tasawuf disebut Mahabbah. Dan kalau kita hayati dan resapi kandungan dari lagu ini, maka seolah-olah kita akan tenggelam dalam lautan Tasawuf.

Yah seperti inilah lintasan pikiran yang ada dalam otakku. Terserah lah kepada anda semua apakah setuju atau menentang terhadap pendapatku ini. Yang pasti aku hanya mencurahkan hasil kerja neuron-neuron yang ada di otak ku. Aku juga sama sekali tidak menggunakan hermeneutika atau metode-metode interpretasi lain dalam memahami lagu ini. Yang ku lakukan hanya menggunakan bakat alami ku untuk berpikir. Terus buat Kang Afghan, aku gak bermaksud buat mempromosikan lagu ini kok, tapi kalau nanti lagu ini jadi lebih terkenal, gak apa-apa ya!

Jadi intinya, cobalah melihat segala sesuatu dari sisi yang lain!

Kamis, 07 Agustus 2008

Ini Soal Hidup: Pilih Enak atau Nikmat?

Ok lah, persoalan tentang hidup memang bukan pertanyaan yang mudah dan sederhana untuk dijawab. Tapi kali ini, aku akan sedikit menyajikan tentang sesuatu yang mungkin sering menjadi bahan perbincangan oleh kita semua.

Gini, aku yakin bahwa sifat dasar manusia adalah menginginkan adanya rasa enak dan nikmat dalam dirinya. Sifat tersebut kalau kata para filsuf disebut hedonisme. Nah, apa sih bedanya antara rasa enak dengan nikmat? Mungkin kalau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dua kata tersebut merupakan sinonim. Tapi aku mendapatkan sebuah pengertian baru tatkala mendengar nasihat dari Pak Edi pada pelajaran fisika dan Pak Ahi pada pelajaran khitobah.

Pak Edi seperti biasa pada pertemuan pertama tidak memberikan kami materi yang mungkin dapat membuat otak kami berkeringat. Tapi dia berbagi cerita bersama kami serta nasihat yang membuat hati kami cukup tersentuh. Entah kenapa, walaupun dia orang fisika, tapi kalau lagi ngasih nasehat dengan menggunakan dalil al-Quran dan fisika dia udah kayak ustad aja. Dan kemarin-kemarin, dia memberikan taushiah tentang hal ini, kita pilih hidup enak atau nikmat? Lalu dia mulai bercerita, bahwa ada saja orang yang sudah dianugerahi keenakan yang banyak. Rumah mewah, mobil banyak, istri cantik,jabatan tinggi, dll. Tapi ketika dia tidur seolah-olah tidak tenang, dia terus saja memikirkan hartanya, bagaimana ya kalau ada yang mencuri? Bagaimana ya kalau ada yang hilang? Bagaimana ya aku mendapat uang lagi besok? dll. Ya begitulah kehidupan orang tersebut. Dia sih emang hidup enak, karena segalanya udah punya, tapi dia hidup tidak nikmat, karena hartanya itu membuat dia gelisah.

Lain lagi dengan cerita Pak Ahi, seorang guru yang pernah nyantri di gontor dan jago banget dalam bahasa Arab dan pidato. Dia juga unik lho, walaupun kalau lagi marah bisa membuat badan kami panas dingin, tapi kalau lagi bicara di mimbar, ada saja omongan yang membuat para santri tertawa terbahak-bahak. Yah begitulah De-A. Kalau dia bercerita tentang hal yang sebaliknya dengan yang diceritakan Pak Edi. Dia becerita tentang seorang petani yang walaupun hidupnya kurang enak karena hartanya sedikit, tapi dia bisa menikmati hidup yang dijalaninya. Setelah bekerja, petani bisa makan dengan lahap, lalu tidur dengan nyenyak , seolah-olah tanpa masalah yang berarti dalam hidupnya. Nah, petani ini, walaupun hidupnya kurang enak, tapi dia hidup nikmat.

Saat aku mendengar dua cerita tadi, ya aku bisa mengambil sebuah gagasan bahwa kenikmatan hidup itu tidak tergantung pada banyaknya harta yang kita miliki, tapi bagaimana kita mensyukurinya. Dan aku lihat, orang yang diceritakan Pak Edi tadi merupakan para koruptor yang menyengsarakan rakyat. Yah, mereka telah salah pilih, mereka lebih memilih keenakan daripada kenikmatan.Sedangkan petani adalah orang yang lebih memilih kenikmatan daripada keenakan. Karena Allah Swt. menjanjikan kenikmatan yang besar tatkala kita bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah Swt. yang diberikan kepada kita.

Kalau aku sih lebih memilih untuk bisa hidup enak dan nikmat. Amien…

Yuk Kita Isra Mi'raj!

Tepat setiap tanggal 27 Rajab tahun Hijriah, umat islam Indonesia menikmati hari libur karena memperingati Isra Mi'rajnya Nabi Muhammad SAW. Mengenai Isra Mi'rajnya sendiri, sebagian besar umat Islam Indonesia sudah faham dan mengerti artinya. Isra artinya perjalanan yang dilakukan orang pada malam hari, dalam peristiwa ini, pada malam hari Nabi Muhammad SAW pergi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.. Makannya kenapa keturunan nabi Ya'qub disebut Bani Israil? Konon kabarnya Nabi Ya'qub itu suka berperjalanan di malam hari, jadi aja keturunannya disebut Bani Israil. Sedangkan Mi'raj kalau yang aku baca di buku Tarekh adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Akhirnya dua peristiwa agung tersebut disebut Isra Mi'raj. Mengenai dalilnya, gak usah ditanyain lagi, di dalam al-Quran peristiwa ini sudah diabadikan dalam salah satu nama Surat al-Quran, dan di dalamnya dijelaskan keagungan Allah Swt. yang telah memperjalanankan Nabi Muhammad pada malam hari.

Ada sebuah dampak Isra Mi'raj yang dapat kita rasakan hingga sekarang, yaitu perintah solat yang merupakan hasil konkrit dari Isra Mi'raj Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menerima perintah tersebut tatkala beliau berhadapan langsung dengan Sang Maha Pencipta. Sehingga ketika kembali ke dunia, beliau langsung menyebarkan dan menjadikan sholat sebagai salah satu pondasi paling urgen dalam Islam. Sampai-sampai beliau pernah bersabda bahwa sholat itu tiangnya agama. Dan yang aku pikirkan sekarang adalah, apakah kita sudah bisa menangkap esensi terpenting dari Isra Mi'raj, atau kita masih menganggap bahwa memperingati Isra Mi'raj hanya sebatas tradisi yang diwariskan secara turun temurun?

Kemarin aku sms-an dengan salah seorang temanku, kebetulan kami berdua membahas tentang makna Isra Mi'raj. Saat aku mengajukan gagasan bahwa sebenarnya kita juga bisa Isra Mi'raj lho, dia aneh dan merasa hal itu tidak mungkin. Jelas saja seperti itu, karena aku belum menjelaskan yang sebenarnya. Gini, kita tahu bahwa Isra Mi'raj adalah naiknya Rasulullah Saw. ke tempat teringgi dari kubangan dunia yang hina. Dia bertemu dengan Tuhan nya dan meraih kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Setelah itu dia kembali lagi ke dunia untuk mendakwahkan ajaran-ajarannya. Sekarang, coba analogikan dengan ibadah solat yang selama ini kita lakukan. Ketika kita solat dengan khusyuk, kita tidak lagi ada di masjid, di Indonesia, di Dunia atau Galaksi Bimasakti. Tapi kita seolah-olah berada di Sidratul Muntaha dan sedang bercakap-cakap dengan Allah Swt melalui bacaan dan gerakan solat. Dan setelah salam, kita kembali lagi ke dunia untuk kembali hidup bermasyarakat dengan mendakwahkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan kita. Jadi shalat khusyuk merupakan gambaran terhadap Isra Mi'raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Malah saya dengar dari kawan saya Ginan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa Sholat adalah alat Isra Mi'raj umatku. Yah, Wallahu A'lam, yang penting, mari kita tangkap esensi dari peristiwa terdaftar sebagai salah satu nominasi dari Mujizat-mukjizat Rasulullah Saw. yang sangat luar biasa.

Jumat, 01 Agustus 2008

Mana yang Lebih Dulu, Fiqih, atau Ushul Fiqih?

Ada sebuah pengalaman yang menarik tatkala mengikuti pelajaran Ushul Fiqh bersama Pak Ayi Yunus. Walaupun dia datang agak terlambat, tapi aku dan teman-teman mendapat sesuatu yang hebat hari itu. Walaupun mungkin menurut kalian hal itu biasa-biasa aja, tapi tidak buat kami. Karena ilmu yang kami dapat merupakan harta yang tak ternilai dengan apapun juga. Setelah masuk dan mengabsen kami semua, Pak Ayi langsung memberi kami sebuah pertanyaan, tentang manakah yang lebih dulu, Fiqih atau Ushul Fiqih. Lalu kami semua dibagi menjadi 4 kelompok yang sesuai dengan jajaran kami masing-masing, Dia menyuruh kami berdiskusi dan mancari jawaban disertai dengan alas an dan bukti mengenai pertanyaan yang beliau ajukan tadi.

Mulailah kami berdiskusi, suasana setengah riuh menghiasi kelas kami, kelas X B atau kelas I MA yang memang sudah menjadi dinamika keseharian kelas kami. Pak Ayi memberitahukan bahwa waktu kami 10 menit untuk menyelesaikan taka-teki tersebut. Saat impuls-impuls listrik dalam neuron-neuron di otak kami mulai aktif, mengantarkan kami semua kepada sebuah kesimpulan. Dengan menggunakan logika berfikir induktif dan deduktif serta dengan men ggunakan premise-premise yang menghasilkan silogisme yang sesuai, kami semua mempunyai sebuah kesimpulan disertai dengan argument-argumen yang menguatkan konklusinya.

Waktu untuk berdiskusi pun telah habis, dan kelompok-kelompok di kelas kami bersiap untuk saling sharing pemikiran mengenai pertanyaan yang diajukan Pak Ayi tadi. Kemudian Pak Ayi meminta yang sudah siap diantara kami untuk maju kedepan dan mempresentasikan hasil diskusi. Lalu ternyata yang maju adalah Abay, salah seorang temanku yang juga pintar memainkan gitar mengacungkan tangannya dengan semangat pertanda sudah siap tuk tampil di depan kami santri-santri kelas X B.

Dimulai dengan ucapan salam yang lengkap yang katanya bakal dapat pahala 30 dari Allah, Abay memulai presentasinya. Dan aku dapat mengerti bahwa dia berkesimpulan Fiqih lebih dulu daripada Ushul Fiqih. Dia beralasan bahwa waktu dulu Nabi dan dan Sahabat-sahabatnya sudah mempraktekan seperti sholat, zakat, dan yang lain sebagainya yang notabenenya adalah bagian dari ilmu fiqih. Sedangkan kaidah-kaidah Ushul Fiqih baru ditemukan beberapa abad setaelah wafatnya Rasul oleh para ulama Islam. Setelah Abay, Sahl pun maju kedepan yang ternyata pendapatnya bertolak belakang dengan kelompoknya Abay. Dia menganggap bahwa Ushul Fiqih lebih dulu ada daripada Fiqih. Hal ini dikarenakan bahwa sebagaimana tertera dalam buku bahwa Ushul fiqih itu bagaikan akar atau dasar dari sebuah pohon. Maka dari itu, gak mungkin ada fiqih kalau gak ada Ushul Fiqihnya dulu. Setelah Sahl, giliran Irham yang maju ke depan untuk mengutarakan pendapatnya. Dan mungkin Fiqih sedang menjadi bintang pada saat itu, sehingga Irham pun membuat kesimpulan bahwa Fiqih lah yang lebih dahulu muncul daripada Ushul Fiqih. Hal itu dikarenakan bahwa Ushul fiqih itu hanya untuk menyempurnakan ilmu fiqih yang sudah ada sebelumnya. Akhirnya, tibalah giliranku untuk maju ke depan dan mengutarakan hasil diskusiku dan teman-teman mengenai permasalahan ini. Dan ternyata skor menjadi 3-1, aku juga mengambil kesimpulan bahwa ilmu fiqih lebih dahulu muncul daripada Ushul Fiqih. Aku menganalogikan dangan bahasa Arab dan ilmu Nahwu. Kita tahu bahwa bahasa Arab telah ada dari zaman dahulu sebagai alat komunikasi. Tapi kita tahu bahwa ilmu nahwu muncul sekitar beberapa abad yang lalu. Dan hal itupun berlaku juga terhadap fiqih dan ushul fiqih, kataku.

Setelah presentasi tersebut, pak Ayi mempersilahkan kita semua untuk saling beradu argument dan berdiskusi untuk mencapai jawaban yang sebenarnya dari permasalahan ini. Kasihan, kelompoknya Sahl harus berjuang melawan 3 kelompok lainnya yang menyimpulkan bahwa fiqh lebih dulu daripada Ushul Fiqh. Lalu Pak Ayi sebagai moderator membantu menjelaskan maksud kelompok Sahl yang menganalogikan Ushul Fiqih sebagai akar dari sebuah pohon yang batanganya itu adalah fiqih. Sehingga tidak mungkin akan tumbuh batang kalau akarnya pun tidak ada. Tapi tanpa disangka-sangka Faisal dari kelompoknya Abay memberikan argument untuk menyanggah argument kelompoknya Sahl. Dia beranalogi dengan sebuah pohon singkong, yang ditanam dulu batangnya baru tumbuh akarnya. Begitupun permasalahan yang kita bahas sekarang katanya, jadi kalau kita ibaratkan fiqih sebagai batang dan ushul fiqih sebagai akar, logis kalau fiqih dulu baru ushul fiqih yang timbul kemudian. Suasana menjadi semakin menarik tatkala teman-temanku dari kelompok lain juga ikut berkomentar dengan argumen-argumen andalan mereka. Kelompok Sahl terlihat keok saat itu, bayangin aja, satu lawan tiga lho!

Dan akhirnya, Pak Ayi pun menghentikan diskusi yang kami semua lakukan lalu menjelaskan jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan tadi. Dia menjelaskan bahwa secara amali atau pengamalan, ilmu fiqih dan ushul fiqih itu mencul secara bersamaan. Gini deh, waktu dulu Rasulullah SAW pernah melarang umatnya untuk memakan daging babi menurut perintah Allah SWT. Pada saat itu, timbullah hukum bahwa daging babi itu haram, dan itu adalah fiqih. Dan Rasulullah pun tanpa sadar menggunakan kaidah ushul fiqih bahwa yang membahayakan kesehatan itu bisa diharamkan. Tapi zaman Rasul belum ada ilmu fiqih dan ushul fiqih, sehingga Rasul menggunakan ilmu-ilmu tersebut tanpa sadar.Baru pada abad-abad selanjutnya para ulama lah yang mengadakan ilmu fiqih dan ushul fiqih. Baru secara ilmu memang fiqih yang lebih dahulu ada, karena ushul fiqih itu sendiri gunanya untuk membuat ilmu fiqih lebih dinamis dan jelas. Pak Ayi juga memberitahu kami tentang filsafat ilmu yang belum kami mengerti. Dia bilang bahwa syarat sesuatu dikatakan sebagai suatu ilmu itu harus memenuhi 3 hal yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Udah ah aku gak akan memahsa itu lebih dalam, nanti aja kalau udah kuliah.

Yah, mungkin tulisan ini adalah seperseribu pengalaman ku di kelas yang memang belum ku tulis. Entahlah, sekarang aku sedang membiasakan diri tuk menulis.


Sabtu, 19 Juli 2008

Tadrib al Lughah al Arabiyah al Mukatsafah

Pintu gerbang pesantrenku kembali terbuka, senyuman Pak Satpam kembali menyambut para santri kelas I, IV dan VI yang sudah kembali. Hari itu, tanggal 12 aku sangat bersemangat untuk kembali ke tempat peraduanku dalam mencari ilmu, tempatku mengembara dalam mencari makna, dan tempat ku berjuang mengalahkan semua tantangan. Ma'had Darul Arqam Muhammadiyah Garut, menjadi saksi semangatku yang sangat membara tatkala sampai dan memasuki dirinya. Seolah baru kemarin aku kelas I MTs., dan sekarang aku telah menjadi kelas I MA., memang waktu mengalir bagaikan air sungai. Entah ada jin apa yang merasuki tubuhku, tapi aku merasa seolah dilahirkan kembali. Aku seolah terlepas dari beban-beban yang membuatku stres ketika MTs., pokoknya sekarang aku merasa menjadi diriku yang baru, yang siapa tuk menyongsong masa depan yang cerah.

Episode I
Hari ini, tanggal 13 merupakan hari pertama Ma'hadku mengadakan acara, yaitu acara pembukaan taaruf, tadrib dan pembekalan PKL. Taaruf bagi kelas I, Tadrib bagi kelas IV, dan Pembekalan PKL bagi kelas VI. Dan aku oun berdebar-debar dengan apa yang terjadi padaku nanti. Seperti biasa sebuah acara yang monoton yang menurutku kayak gitu-gitu aja dan hanya sebagai formalitas kuikuti. Pak Mamak yang menjabat pimpinan ma'had kembali memberikan ceramah yang cukup lama. Dan ketika itu, aku semakin tidak sabar menantikan apa yang akan terjadi ketika Tadrib, apa ya? Mau tau?! yuk tetep aja baca tulisan ini.

Kami kelas IV putra-putri berkumpul di aula. Biasalah, seperti halnya acara pelatihan-pelatihan pada umumnya, kami semua dibagi berkelompok-kelompok, aku kebagian kelompok II. Dan setiap kelompok harus mengirim 3 orang wakilnya untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat bahasa Arab yang diadakan pada malam harinya. Ada hal yang menari dalam acara ini, tatkala setiap kelompok harus diberi nama, maka kelas ku bersepakat untuk memakai alumni kelasku aja yang udah keluar. Kelompok si Sahl namanya Imam Turmudzi, kelompok si Faisal namanya ar Razaq, kelompok si Irham namanya Abdul Ghani, dan mau tahu yang paling parah namanya? kelompokku yaitu Syihabudin. Soal kenapa parah gak usah tahu lah, ini urusan kelas angkatanku aja yang tahu. Dan setelah itu, ada pengumuman bahwa kelompokku kebagian pertandingan CC yang kali pertama, duh makin tegang nih buat malam kayak gimana ya?

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, setelah memperoleh materi-materi kebahasaan dari para guru, pada malam hari memang kegiatan tadrib diisi dengan kegiatan yang atraktif yaitu fawajir, atau dalam bahasa Indonesia cerdas cermat. Dan kelompokku pun maju ke depan untuk bertarung pemikiran. Dan tanpa memang sudah diperkirakan sebelumnya, kelompokku menjadi pemenang pertama dari lomba fawajir itu. Bahkan dengan skor yang tidak bisa dilebihi oleh peserta lain berikutnya-rekor- yaitu 2350. Yang kedua kelompok dari kelasku juga yaitu Faisal, dan yang tidak lolos ke babak selanjutnya yaitu dari kelas IV A yaitu kelompok Naufal dan Rohmatulloh.

Episode II
Sekarang hari kedua tadrib, dan ada suasana yang beda ketika subuh hari. Ba'da subuh yang biasanya waktu untuk mulai memasuki kelas dan belajar, khusus kegiatan tadrib ini maka teman-temanku dari kelas IV akan unjuk gigi berpidato bahasa arab dihadapan para santri dan asaatidz. Hari pertama Reno sebagai Raiisul Jalsah, Fathur dan Naufal yang jadi khatibnya. Ya walaupun memang masih dikritik oleh Pak Asep karena kurangnya kesiapan mereka, tapi setidaknya mereka sudah cukup berani untuk yang pertama kalinya berpidato bahasa Arab. besok adalah giliran aku lho buat khutbah al arabiyah. Yah, berarti hari ini aku harus nyiapin naskahnya dong!

Seperti jam sekolah biasanya, aku dan teman-temanku mengisi waktu untuk belajar bahasa arab bersama guru. Di tadrib ini, kami dapet guru yang keren-keren lho, Pak Ayi Mukhtar yang lulusan Universitas Ummul Qura Makkah, Bu Evi Fitriyah yang lama di Damascus dan pernah tiga tahun di Amerika, serta Pak Ahmad Saefudin dan Pak Ahmad Hidayat yang walaupun made in Indonesia tapi mereka tuh lulusan Gontor yang gak boleh diremehin kehebatannya, terus Pak Opiq yang emang jago qawa'id. Mereka mengajar kami semua ketika tadrib dengan antusias, dan nanti ketika kbm resmi sudah berjalan, mereka juga akan mengajari aku dan teman-teman ku lagi lho!

Siangnya, saat menyiapkan bahan naskah khutbah, aha! aku punya ide, aku akan mengambil tema tentang Birrul Walidain, dan akan menceritakan kepada teman-teman ku kisah Malin Kundang kepada teman-temanku dengan bahasa Arab. Keren gak tuh! Lalu, aku mulai menumpahkan kata-kata seadanya dari pikiranku ditemani oleh kamus yang selalu setia menemaniku. Sampai malam tiba, alhamdulillah naskahnya sudah selesai. Dan tinggal latihan retorikanya aja.

Episode III
Subuh ini, seperti biasa udara dingin kembali menyapaku, tapi entah kenapa aku merasa hangat subuh ini,mungkin udara yang dingin berbaur dengan panasnya rasa semangat ku dalam berkhutbah nanti. Sehingga pembauran itu membentuk sebuah sensasi yang benar-benar membuatku seolah akan mengunjungi dunia lain. Walaupun tidak terlalu tegang karena aku sudah terbiasa berpidato, tapi tetap saja ada perasaan khawatir di benakku kalau-kalau aku melakukan kesalahan. Tapi itu semua ternyata tidak terbukti, aku berpidato dengan sukses. Pak Ato memujiku dalam pengarahannya bahwa aku berhasil membuat naskah yang menggunakan kata-kata sehari-hari sehingga mudah untuk dimengerti pendengarnya.

Siang ini, aku mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi babak semi-final. Lawanku adalah Sahl, Faisal dan Fathur beserta teman-teman sekelompok mereka. Mereka kuakui nukan lawan-lawan yang mudah untuk dikalahkan. Mereka adalah orang-orang yang lolos dari babak penyisihan yang cukup ketat. Tapi aku yakin akan bisa menembus babak final malam ini.

Dan saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, 4 kelompok sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan hidup dan mati dalam permainan fawajir ini. Dan pertandingan berjalan seru, kami saling susul menyusul dalam perolehan natijah. Tapi terlihat hanya aku dan Fathur yang paling mendominasi, dan benar saja perkiraanku, akhirnya pertandingan pun berakhir dengan skor sama untuk ku dan Fathur yaitu 1900. Santri putri pun bersorak histeris menyaksikan pertandingan kami yang seru tersebut, dan tatkala menyaksikan skor akhir, mereka kembali bersorak puas menyaksikan pertandingan yang sangat memacu adrenalin ini.

Episode IV
Hari-hariku menjadi lebih segar tahun ini. Eh, aku belu cerita ya? Kakak kelas ku Taqia dan Iqbal udah pulang dari Amerika Lho. Mereka membawa sesuatu yang sangat berharga ke De-A, yaitu pengalaman. Mereka juga memiliki kemampuan berbahasa yang sangat mantap lah, sampai-sampai gaya bicara bahasa Indonesianya udah kayak Cinta Laura gitu deh! Ya, begitulah mungkin efek 1 tahun tinggal di USA, sampai bahasa Indonesia juga ada yang lupa. Yah, hari ini aku gak terlalu sibuk, soalnya baru besok aku bertanding final cc. Dan seperti biasa aku belajar lagi dengan teman-teman serta guruku untuk saling transfer ilmu.

Malamnya, aku juga penasaran ingin mengetahui siapa kelompok putri yang akan menjadi lawanku di final. Yang bertanding yaitu Yushi, Ghina, Ari dan Dhini beserta teman-teman satu kelompok mereka. Dan memang benar, semangat mereka sangat membara malam itu, mereka seakan lupa bahwa mereka itu adalah satu kelas. Mereka saling "menyerang" untuk saling menumbangkan, sampai akhirnya, kelompok Dhini dan Ghina lah yang jadi pemenangnya.

Episode V
Dan hari ini, adalah bisa di bilang adalah klimaks dari acara tadrib ini. Karena setiap kelas mempertaruhkan nama baiknya dalam pertandingan final fawajir nanti malam. Yang masuk final adalah kelompoknya Fathur dari kelas IV A, kemudian kelompokku dari kelas IV B, dan kelompok Ghina serta Dhini dari kelas IV Putri. Kami berempat bersama teman-teman pendukung kami sangat bersemangat mendukung kami. Dan pertandingan itu pun tiba, dihadiri oleh Pak Ato, Pak Ahi, Pak Hilmi serta para pembina yaitu Pak Oleh, Pak Iwan dan Bu Rosyda yang tak kalah larut dalam guncangan adrenalin malam itu. Dan entah kenapa, malam itu aku banyak membuat kesalahan malam itu, sehingga aku puas menduduki posisi ke empat deh. Ketiga Fathur, kedua Ghina dan Pemenangnya dari kelompok Dhini. Ya, aku sangat puas malam itu, karena aku bertemu dengan orang-orang yang sangat hebat yang dapat mempecundangiku malam itu. Jujur rasa kecewaku tak sebanding dengan rasa banggaku mempunyai teman-teman yang sangat hebat dalam berbahasa Arab. Aku jadi punya harapan besar untuk membangunkan kembali ghirah bahasa Arab yang sedang tertidur dalam diri santri Darul Arqam bersama mereka. Dan Pak Kepala Sekolah pun memuji kami, karena 90% pertanyaan dapat kami jawab dan hanya sedikit pertanyaan yang tidak kami mengerti. Dan aku sendiri menganggap bahwa tadrib tahun ini merupakan tadrib terbaik sepanjang masa.

The Last Episode
Hari demi hari telah kulalui, dan inilah hari terakhir aku menjalani tadrib. aku sedih banget lho, kenapa tadrib cuma satu minggu, bentar banget tuh! aku pinginnya sebulan aja atau lebih, Insya Allah aku bakal jago bahasa Arab. Dan acara penutupan pun tiba, seperti biasa pasti ada ceramah Pak Mamak dan pembagian hadiah. Aku maju ke depan untuk mengambil hadiah kelompokku yang juara keempat fawajir. Dan yang aku tidak sangka adalah bahwa ternyata aku juga di nobatkan sebagai peserta terbaik pada acara Tadrib. Alhamdulillah lah, setidaknya itu bisa jadi penghibur kekalahanku semalam.

Hari ini, aku dilahirkan kembali
Di Aliyah ini, aku mempunyai semangat yang baru
Dan akan ku tembus badai itu

Kamis, 10 Juli 2008

Doa Bareng Yuk!

Wah, gak kerasa nih kita udah masuk bulan Rajab, kalau gitu kita berdoa bareng-bareng yuk!

اللهم بارك لنا فى رجب وشعبان وبلغنا فى رمضان

Allahumma baarik lanaa fii Rojaba wa Sya'baana wa ballignaa fii Romadloon

Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami ke bulan Romadlon. Amien…

-Al Hadits-

Berfatwa, Tunggu Dulu!


Di zaman yang sudah serba mengalami perubahan ini, tentu banyak pula persoalan yang bermunculan. Dan sederhana saja, tulisan ini hanya ingin mengutip perkataan Dr.Yusuf Qardhawi tentang etika berfatwa.

"Kepada para ulama yang sangat ringan lisannya menjatuhkan kata haram, yang sering mereka katakan dalam fatwa-fatwa dan dalam buku-buku yang mereka tulis. Hendaklah mereka merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah Swt. Setiap kali mengucapkan kata-katanya, dan hendaknya mereka menyadari bahwa kata haram merupakan kata yang "berat", yakni mengacu pada hukuman dari Allah Swt. Kepada pelakunya. Ini urusan yang tidak bisa diduga-duga dan kelakar, tidak dengan dengan hjadits-hadits dla'if dan tidak pula dengan kata-kata yang termaktub dalam kitab-kitab lama. Sebaliknya, ia ditetapkan berdasarkan teks yang shahih dan syarih, atau ijmak yang terpercaya dan shahih. Mengapa demikian, karena wilayah kemaafan dan toleransi hukum itu sangatlah luas.

Imam Malik r.a. berkata, 'Tiada sesuatu yang paling berat bagi saya selain jika saya ditanya mengenai hukum halal dan haram, karena yang demikian itu berarti menetapkan hukum Allah. Saya menjumpai para ulama dan fuqaha di negeri kita dahulu, jika salah satu dari mereka ditanya tentang sebuah masalah, maka seakan-akan mereka menghadapi kematian. Sementara saya dapati orang-orang sekarang senang berfatwa. Sungguh, jika mereka mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka nanti, maka mereka akan lebih berhati-hati.'.

Para salafussaleh yang menjadi sandaran dan panutan umat tidak mengatakan 'ini halal, ini haram', tapi mereka mengatakan ' saya tidak suka yang seperti ini, saya lihat begini'.

Imam Syafii meriwayatkan dalam kitab al Um bahwa Imam Abu Yusuf murid Imam Abu Hanifah bahwa ia berkata "Saya jumpai guru-guru kami dari kalangan ahli ilmu dalam berfatwa tidak suka mengatakan 'ini halal, ini haram' kecuali hal-hal yang sudah jelas termaktub tanpa memerlukan penafsiran lagi."

Mungkin seperti inilah pandangan Dr. Yusuf Qardhawi mengenai perkataan halal dan haram, dan jangan salah sangka dulu bahwa hal ini ia khususkan kepada orang-orang yang mengharamkan musik dan nyanyian. Gak percaya! Baca deh buku Islam Bicara Seni karangan dia halaman 117.

Minggu, 06 Juli 2008

Ahmadiyah...Ahmadiyah,Bikin Repot Aja!

Kemarin-kemarin, kalau kita lihat baik di media cetak atau elektronik, yang menjadi topic utama adalah tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Sebenarnya, apaan sih Ahmadiyah? Gini nih, kalau aku boleh menjelaskan secara etimologis bahwa ahmadiyah itu berasal dari kata "Ahmad". Kemudian, diakhirnya ditambah Ya Nisbah dan tak Marbuthah sehingga jadi lah Ahmadiyah. Nah fungsi Ya Nisbah dan Ta Marbuthah ini untuk menunjukan arti yang mengikuti atau pengikut. Jadi secara singkat kita dapat simpulkan bahwa Ahmadiyah itu secara bahasa artinya Pengikutnya Si Ahmad. Itu secara bahasa, kalau secara istilah saya juga bingung euy! Soalnya saya bukan orang Ahmadiyah, jadi bisi salah kan repot, pokoknya mah artikan aja sendiri.

Emang aneh lho, kenapa sih Ahmadiyah bisa muncul? Jadi dulu ada seseorang yang namanya Mirza Ghulam Ahmad. Dia tuh katanya mah orang soleh, dan ngakunya mah dapet mimpi-mimpi yang berasal dari Allah Swt. Lalu dia mencatatnya dan sama pengikutnya dijadiin we kitab Tadzkirah. Dan yang bikin saya aneh, kenapa sih dia bisa ngaku-ngaku nabi? Atau cuma sama pengikutnya aja dia dianggap nabi? Setelah say baca buku karangan alumni pesantren saya Darul Arqam yaitu Kang Apep Fajar Kurniawan ternyata Ahmadiyah juga terbagi dua. Ada Ahmadiyah Qadiyan dan ada juga Lahore. Yang Qadiyan menganggap bahwa Si Ahmad itu nabi, sedangkan yang Lahore menganggap bahwa Si Ahmad itu bukan nabi melainkan Mujadid atau pembaharu. Mereka juga punya dalil-dalil yang berasal dari al Quran dan Hadits yang mereka tafsirkan sendiri. Kalau mau tahu lebih lengkap, baca aja deh skripsinya Kang Apep mahasiswa tafsir hadits UIN Jakarta yang mungkin saking bagusnya akhirnya diterbitkan jadi buku. Judulnya "Teologi Kenabian Ahmadiyah".

Lalu setelah jauh-jauh dari Lahore dan Qadiyan, saya kembali lagi neh ke Indonesia. Memang di Indonesia Ahmadiyah menjadi topik yang sangat hot menyaingi kawin cerainya para artis. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Yang pro katanya bahwa kebebasan agama harus dilindungi. Yang kontra katanya bahwa Ahmadiyah tuh sudah terang-terangan melempar kotoran ke muka umat islam karena tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir. Akhirnya, rame tuh perang sesama bangsa Indonesia. Sampai akhirnya pemerintah turun tangan dan keluar deh SKB 3 menteri. Yang intinya bahwa Ahmadiyah tidak boleh lagi menyebarkan fahamnya di Indonesia. Lagi-lagi tetep aja pada belum puas, dari yang pro kecewa, yang kontra juga menganggap bahwa SKB tersebut SKB "Banci", karena tidak berani untuk membubarkan Ahmadiyah. Yah, kalau saya mah hanya mendoakan semoga orang-orang Ahmadiyah sadar bahwa mereka itu udah bikin repot negara, pemicu konflik FPI vs AKKBB, pemicu perpecahan antara umat islam di Indonesia dan memicu umat islam membakar tempat yang dimuliakannya yaitu masjid. Cing, nyingkah lah ti Indonesia mah, daripada beuki ripuh euy! Nih, saya mah tidak ingin kematian kalian menyerupai kematian nabi kalian.

Jadi pas zaman dulu, Syaikh Abdul Wafa' seorang pemimpin Jamiah Ahlul Hadits di India pernah mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad. Ia menyingkap keburukan, kekufuran dan penyimpangan yang disembunyikan si Mirza. Nah, si Mirza gak sadar-sadar, akhirnya Syaikh mengajukan opsi Mubahalah. Kalau belum tahu bahwa Mubahalah adalah doa sungguh-sungguh diantara dua pihak yang berbeda pendapat. Tujuannya adalah agar Allah Swt. Menjatuhkan hukuman kepada pihak yang berdusta. Tahu kan sumpah pocong? Nah kayak gitu tapi ini mah dalam urusan agama dan keyakinan. Pada 15 April 1907 M, Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan surat Mubahalah terhadap Syaikh Abdul Wafa' yang isinya bahwa si Pendusta akan dilaknat oleh Allah, terkena kolera dan mati dalam keadaan hina. Tahu gak apa yang terjadi? Tak lama setelah mubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya. Tepatnya 13 bulan 11 hari, yakni yakni pada 26 Mei 1908. Ironisnya, Mirza mati di dalam WC karena kolera dalam keadaan berlumuran kotoran. Sedang Syaikh Abdul Wafa' tetap hidup hingga 40 tahun setelah kematian si Mirza.

Tuh, serem kan kematiannya, makannya mendingan cepet-cepet tobat deh! Dan yang gak masuk Ahmadiyah, perkuat lagi deh Akidahnya. Lieur euy zaman sekarang mah, udah banyak teuing pihak-pihak yang mengacak-acak akidah semau gue.

Sebelumnya sorry euy, tulisan ini bukan bermaksud buat menggurui, tapi hanya menyeru kepada yang membacanya. Dan kalau ada kesalahan pada bagian linguistic, sorry saya juga bukan mahasiswa jurusan bahasa yang mempelajari gramatika sintaksis atau semiotika yang berhubungan dengan semantic dan hermeneutika yang jadi interpretasi kontemporer yang berimplikasi terhadap dekadensi antropologi pada masyarakat yang tak berlogika. Saya cuma analis amatir yang masih menempuh studi kelas 1 Madrasah Aliyah di Ma'had Darul Arqam Garut.

Rabu, 02 Juli 2008

Kerisauanku

Jujur akhir-akhir ini, aku menjadi risau dengan sebagian kecil umat islam di Indonesia, yang asik menjalani konflik mempertahankan ideologinya masing-masing. Kaum liberal dengan kaum fundamental aku rasa menjadi tokoh utamanya. Mereka berdua seakan-akan berasal dari dua agama yang berbeda. Kaum liberal dengan ideologi pluralismenya terus membangun kekuatan di Indonesia dengan JIL nya. Mereka menyebarkan doktrin dan fahamnya di perguruan-perguruan tinggi islam. Begitupun kaum fundamental juga tetap istiqamah mendakwahkan ajaran mereka tentang berislam secara kaafah di pesantren-pesantren. Genderang perang seolah-olah ditabuh oleh kelompok satu ke kelompok lainnya. Dan inilah yang aku sesalkan, kenapa umat islam sulit untuk bersatu? Padahal kaum zionis yahudi serta amerika dan antek-anteknya sedang berpesta pora di Palestina serta Negara jajahan Islam lainnya.

Perbedaan adalah Rahmat

Ok lah, memang ada sebuah khabar yang mengatakan bahwa perbedaan di antara umatku adalah rahmat. Tapi kita lihat sekarang, banyak konflik yang terjadi dewasa ini kebanyakan karena perbedaan. Lantas, dimana letak kesalahannya? Menurutku, kesalahannya terletak ketika kita terlalu mempermasalahkan perbedaan itu. Aku merasa masih banyak sebagian kecil diantara umat Islam yang mengambil sisi-sisi negatif dari perbedaan tersebut. Padahal jelas Allah Swt. Yang menciptakan perbedaan, lalu kenapa ada yang berbeda tapi damai, dan ada juga yang berbeda tapi perang, pikirkanlah!

Musuh yang Sebenarnya

Sekarang, kita kembali ke topik awal. Untuk orang-orang yang sekarang sedang terlena memikirkan bagaimana caranya menghancurkan kaum Islam Liberal, dan juga bagi orang-orang yang sedang berpikir bagaimana menyingkirkan kaum Muslim Fundamental, Ingatlah! bahwa musuh kalian yang sebenarnya adalah kaum zionis yahudi. Merekalah yang menyebabkan semua permusuhan ini, mereka juga sedang tertawa terbahak-bahak melihat kita umat Islam tenggelam dalam konflik yang berkepanjangan. Mari sekarang kita bersama-sama bersatu, mau liberal, fundamental, NU Muhammadiyah, Persis, FPI, JIL dan lain-lainnya, bersatu dalam Agama Allah Swt.

Kebijaksanaan Allah Swt.

Memang terlintas dalam pikiran kita semua, "Ah pemikiran liberal mah pasti akan ditolak oleh Allah Swt. Ibadahnya". Atau "kelompok fundamental pasti dilaknat oleh Allah Swt. karena mengajarkan kekerasan terus", kata kelompok yang menentang. Dalam hal ini, aku tidak mau ambil pusing, toh Allah Swt. Yang Maha Benar kan. Sekarang mah sok kita lihat aja, apakah Sholat kita sudah khusyuk, kemudian kita menjaga diri dari perbuatan yang tak berguna, kemaluan kita sudah terjaga dari hal-hal yang diharamkan, kita sudah menunaikan zakat, kita sudah menjaga amanat, dan kita sudah rajin mengerjakan sholat di masjid dengan tepat waktu, serta apakah kita sudah termasuk kedalam Ibadurrahman? Coba sekarang kita menyibukkan diri dengan meningkatkan kualitas ibadah kita di mata Tuhan Yang Maha Penyayang, nggak usah sibuk terus menerus konflik, kalau saja semua umat muslim seperti itu? Insya Allah orang yang bersungguh-sungguh di jalanNya pasti akan ditunjukan yang mana sih yang namanya kebenaran itu. Amien…

Sekedar Menyeru

Yah, mungkin ini sekedar untuk menumpahkan kerisauanku, kerisauan seorang anak yang baru mau masuk Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Kerisauan seorang anak yang masih perlu untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Yang pasti, kerisauan seorang santri yang sedang risau.

Senin, 30 Juni 2008

Menyongsong Gerbang Kedewasaan

Akhirnya, begitulah kata yang terucap dari bibirku tatkala kusadari bahwa sekarang aku bukan anak MTs. lagi. Sekarang aku bersiap memasuki sebuah dunia baru yang katanya sih berbeda dengan yang selama ini aku alami. Aku tidak tahu akan terjadi apa nanti, tapi aku sudah siap menyongsong hari-hari yang akan menyapaku nantinya. Di Madrasah Aliyah Darul Arqam, akan ku mulai lagi membangun masa depan. Dan aku akan menjadi lebih dewasa lagi dalam megisi hari-hariku.

Dewasa, sebenarnya bagaimana sih kedewasaan itu ? Aku yakin setiap orang memaknainya berbeda-beda. Tapi menurutku, secara sederhana dewasa berarti seseorang telah mengerti dan siap bertanggung jawab terhadap semua yang dilakukannya. Bisa saja secara jasmani seseorang sudah dewasa, tapi belum tentu secara rohani, dan begitupun sebaliknya, ada yang secara rohani sudah dewasa, tapi secara jasmani belum. Idealnya, seseorang harus memiliki kedua-duanya.

Di Indonesia, dewasa masih cukup abstrak untuk digambarkan, tidak ada batasan yang jelas tentang bagaimana seharusnya seseorang menjadi dewasa. Ada hal yang menarik mengenai kedewasaannya Nelson Mandela.Jika kita baca autobiografinya, maka kita akan tahu bahwa seorang yang telah menumbangkan rezim apartheid di Afrika ini menempuh sebuah ritual untuk menjadi dewasa. Kurang lebih ketika usianya 16 tahun, dia yang hidup di suku Xhoza wajib menempuh ritual yang membuat dia dianggap dewasa. Pelaksanaan ritual itu ialah dengan disunat atau dalam islam dikhitan. Walaupun aku tak bisa menjelaskan lebih jauh prosesi ritual tersebut, tapi setelah menjalaninya, Nelson Mandela merasa dirinya telah dewasa sehingga berusaha untuk senantiasa bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Ritual kedewasaan juga dikenal dalam agama Yahudi, yang dikenal dengan upacara Barmitzvah.

Aku bukan menganjurkan kita melakukan ritual-ritual seperti itu dalam menjadi dewasa, tapi aku merasa bahwa peradaban modern sekarang yang dimotori oleh barat telah memperlambat proses pendewasaan kita. Di dalam Islam contohnya, kita mengenal bahwa setelah seorang anak mencapai baligh maka dia seharusnya telah dewasa. Tidak ada yang namanya masa transisi dalam proses dewasa. Lebih jelasnya, setelah seorang anak mencapai usia baligh, maka sudah seharusnya dia diajarkan untuk menjadi dewasa. Tapi entah kenapa di abad dua puluh ini lahirlah seorang "anak haram" yang bernama masa remaja. Yang katanya di masa inilah kita mencari jati diri, atau emosi kita tidak stabil, sehingga itu menjadi alasan bahwa remaja itu memang seharusnya liar atau nakal. Menurut seourang pengamat remaja Alwi Alatas bahwa istilah remaja memang tidak ditemukan pada abad-abad pertengahan maupun awal. Tapi istilah remaja mulai ada sejak awal abad 20-an. Dan hal itu dimanfaatkan oleh orang-orang berpaham materialis untuk menyebarkan fahamnya yang sasaran empuknya adalah para remaja. Kita diajarkan pakaian-pakaian yang jauh dari standar kesopanan, kita juga diajarkan budaya-budaya barat yang tidak sepenuhnya positif, sehingga banyak diantara manusia-manusia yang kehilangan waktunya yang berharga hanya karena terjebak dalam kesenangan semu pada masa remaja. Mungkin jika kalian ingin lebih tahu mengenai masalah ini, silahkan baca buku "Remaja Gaul gak Mesti Ngawur" karya Alwi Alatas.

Yah, sekarang aku masih menikmati liburan nih, doain ya semoga aku bisa mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.

Jumat, 20 Juni 2008

Mungkin Hanya Ini

Mungkin hanya ini, sebuah kata yang terlintas di benakku tatkala bermuhasabah. Saat ku dapati hidupku yang sebenarnya, di sebuah penjara suci. Ku ketahui filosofi hidup disini. Bagaimana hakikat kebahagiaan dan kesedihan, mencoba bersyukur dan bersabar, di sini. Maafkan aku wahai yang ada di seberang sana, tatkala berulang kali prestasi gagal ku ukir. Entah karena baru seperti ini nilai diriku. Maafkan aku kepada semua orang yang mengharapkan aku menjadi lebih, tapi inilah aku apa adanya.

Untuk sekarang...
Mungkin hanya ini.

Untuk selanjutnya...

Senin, 16 Juni 2008

FANTASTIC TOUR 2008: An Unforgetable Memory

Selasa malam, 10 Juni 2008 menjadi sebuah malam yang sangat bersejarah bagiku dan teman-teman. Malam itu, kami memulai sebuah babak baru bagi perjalanan angkatan kami. Acara yang sejak lama kami rencanakan akhirnya sudah di depan mata, dan kami sudah tidak sabar menunggunya. Diiringi dengan perubahan rona wajah teman-temanku yang menjadi lebih cerah pada malam itu, kami memulainya dengan mengadakan pembukaan disertai pengarahan oleh Bapak Agus Yusuf dan Pak Ruhan. Kemudian kamipun mempersiapkan diri serta perbekalan untuk menyongsong Dunia Fantasi nanti. Akhirnya bis yang ditunggu-tunggu datang juga, dan kurang lebih pukul setengah sebelas malam akhirnya perjalanan panjang pun dimulai.

Suara didalam bus menjadi semakin gaduh tatkala Aghe dan kawan-kawan mulai bernyanyi, diiringi hentakan drum Fikri yang memecah keheningan malam itu. Di dalam bus pun kami menyempatkan diri untuk menonton film Evan Almighty yang cukup menghibur. Malam itu pun kami larut dalam kegembiraan yang terpancar raut muka kami di sepanjang perjalanan.

Saat fajar mulai menyingsing, kamipun sampai di sebuah tempat yang membuat hati kami tak henti-hentinya memuji asma Allah SWT. Mesjid Kubah Emas Dian Al Mahri Depok memang membuat mata kami terbelalak. Arsitektur dan keindahan mesjid itu memang membuat seakan kami berada di negeri lain. Mesjid yang dibangun oleh Dian Al Mahri tersebut memang sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin melihat keindahannya. Sehingga aku berpikir kalau mesjid ini lebih baik dijadikan museum daripada mesjid. Kami melaksanakan sholat subuh disana dan mandi serta bersiap-siap untuk menuju Jakarta.

Mesin bus kembali dijalankan, suasana menjadi gaduh kembali tatkala Dulloh dan kawan-kawan bernyanyi kembali, dan kegembiraan pun kembali menyelimuti hati kami semua. D’Masiv, Changcuters, Close Head dan Avenged, menjadi band yang hits nya dinyanyikan oleh kami. Dan kami pun larut dalam canda tawa seiring dengan kencangnya bus menuju tempat tujuan.

Akhirnya, tibalah kami di tempat tujuan, di tengah udara yang hampir-hampir membakar kulit kami, dan teriknya sinar matahari kami pun mulai melakukan petualangan. Tapi sebelumnya untuk mengisi energi dalam tubuh kami, kami makan dulu di restoran Laut Biru yang memang menyajikan makanan yang cukup memuaskan dan mengenyangkan kami. Setelah itu, sambil menunggu Dufan dibuka, kami menikmati pemandangan Pantai Ancol yang walaupun terlihat sedikit keruh. Teman-temanku pun ada yang berwisata ke tengah laut dengan perahu yang disewakan oleh para nelayan untuk mencari nafkah.

Tatkala gerbang Dunia Fantasi dibuka, kami pun mulai memasukinya dengan penuh semangat dan harapan. Kemudian kami yang berkelompok-kelompok mulai menikmati wahana-wahana yang memicu hormone adrenalin serta menghasilkan hormone endorphin dalam tubuh kami. Halilintar, Arum jeram, Tornado, Extreme Log, Perang Bintang, Kicir-kicir,Kora-kora, dan banyak wahana lainnya kami jelajahi. Walaupun masih ada teman-temanku yang merasa “masih punya jantung” sehingga enggan untuk menaikinya. Tapi tak apalah, memang Allah memberi kemampuan kepada setiap manusia itu berbeda-beda, dan hal itu merupakan rahmat Allah bagi kita semua. Walaupun kami sudah menjelajahi wahana-wahana Dufan, tapi rasa lelah seolah enggan menghampiri kami. Yang kami rasakan hanya sebuah euphoria atas keberhasilan kami merealisasikan mimpi menjadi nyata. Pak Oleh, pak Ruhan, Pak Yadi, Pak Agus Barkah, Pak Opik, Bu Ai, Bu Eka dan Bu Ummi pun gembira sekaligus bangga melihat anak-anak didik mereka yang masih nakal-nakal ini bisa mrealisasikan cita-cita mereka. Momen-momen bahagia tersebut berhasil terdokumentasikan dengan baik berkat kerja juru foto angkatan yang menenteng kamera kemana pun mereka pergi.Dan setelah puas menikmati wahana-wahana Dufan, kami menyaksikan pertunjukan Police Academy yang membuat kami kagum walau ada sebagian adegan yang memang tidak pantas dilihat oleh seorang santri. Dan hari pun menjelang petang, tak terasa beberapa jam lagi Fantastic Tour akan segera berakhir.

Huh, akhirnya lelah pun menghampiri kami juga, tapi alhamdulillah kami disambut kembali oleh hidangan yang menunggu disantap oleh kami di restoran Simpang Raya. Kemudian setelah menunaikan Solat Maghrib, kami kembali menaiki bus untuk menuju Mesjid At Ta’awun Puncak. Ditengah perjalanan pun euphoria kami ternyata belum lenyap. Kami bernyanyi bersama-sama dengan satu orang yang bernyanyi di depan. Aku, Arrozaq, Faisal, Dulloh, Irham, Adus, pun menjadi orang-orang terpilih untuk bernyanyi di depan teman-teman. Tapi ada satu teman kami yang (sorry ya Den!) memang benar-benar jual mahal, yaitu Dendy.Entah kenapa padahal rambutnya yang baru di rebonding cukup terlihat sebagai sebagai vokalis band lho. Tapi dibujuk dengan rayuan apapun tetap tidak menggoyahkan ketetapan hatinya untuk tidak bernyanyi. Ya sudah lah, daripada membuang-buang waktu lebih baik teman-temanku yang lain yang bernyanyi.Saat pemenangnya diumumkan, aku tak menyangka ternyata akulah pemenangnya bersama arrazaq. Memang bukan suara sih yang dinilai, tapi berdasarkan polling teman-teman, dan mereka banyak yang memilihku, sehingga akulah pemenangnya.

Malam itu, tibalah saat-saat penutupan acara di Masjid At Ta’awun Puncak. Kami berkumpul di halaman masjid untuk acara pembagian hadiah sekaligus penutupan acara. Walaupun masih banyak teman-temanku yang tertidur di bus dan tidak mengikuti acara tersebut, tapi acara tetap berlangsung dengan baik. Tidak semua dari kami merasakan kebahagiaan malam itu, ada seorang teman kami yang terkena musibah yaitu Shasha. Dia kehilangan tas serta barang-barang yang ada di dalam tas itu. Dia terus bersedih sepanjang malam itu. Yah, mungkin iman dia lagi naik kali, jadi Allah Swt. memberikan ujianNya malam itu. Kami semua juga turut membantu mencari tasnya di masjid itu. Semoga dia ikhlas menerimanya.

Acara demi acara telah kami lewati, dan bus pun sudah menunggu kami untuk kembali ke Ma’had tercinta ini. Sungguh perjalanan pulang serasa beberapa menit saja, karena mayoritas dari kami tertidur dalam perjalanan. Bahkan kami di kelasku, hanya IFT saja yang terbangun saat membeli oleh-oleh untuk keluarganya di Cianjur. Duh, memang sudah pada cape kali ya!. Saat terbangun, ku sudah melihat lagi pemandangan Garut malam hari, dan tinggal beberapa ratus meter lagi dari Ma’had. Akhirnya, Fantastic Tour pun usai, dengan menyisakan kenangan yang indah dihati kami. Tepat pukul 3 subuh, kami masuki lagi gerbang Ma’had yang sunyi karena para santri belum pada bangun. “Sal, sukses!” kata Pak Yadi kepada ketua pelaksana Faisal. Memang diluar dugaan, tapi inilah hasil perjuangan kami. Walaupun dalam perencanaan acara ini kami banyak melakukan blunder-blunder dalam mengorganisasi acara, tapi ini cukup adil bukan. Allah Swt. memberikan kepada kami khusnul khatimah bukan karena kesalahan kami yang banyak, tapi karena tekad kami yang tak pernah padam. Dan ingat bahwa kesalahan-kesalahan yang kami perbuat merupakan kado dari Allah Swt. yang menunjukan kepada kami kekurangan-kekurangan sehingga kami dapat memperbaikinya kelak.

Memang Fantastic Tour menjadi sebuah memori yang tak terlupakan bagi kami. Karena disanalah kami merasakan hebatnya kebersamaan. Walaupun setiap hari kami selalu bersama-sama baik di asrama, di kelas maupun di masjid, tapi Fantastic Tour menjadi sebuah memori dimana kami bersama-sama dalam kegembiraan. Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin

Senin, 09 Juni 2008

Perangkap Tikus

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja.
Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"
Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus.
Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...."
Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkat tikus"
Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata "
Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"
Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.
Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.
Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam) Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.
Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.
Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya mneninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.
Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

SO...SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH
SEKALI LAGI

Filsafat Cinta

Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?" Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"

Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,"Apa itu perkawinan?Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?" Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

Jalur Kereta Api

Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua
jalur kereta api. Jalur yang pertama adalah jalur aktif (masih sering
dilewati KA), sementara jalur kedua sudah tidak aktif.

Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif (tidak pernah lagi dilewati KA),
sementara lainnya bermain di jalur KA yang masih aktif.

Tiba-tiba terlihat ada kereta api yang mendekat dengan kecepatan tinggi.

Kebetulan Anda berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KA tersebut.

Apakah Anda akan memindahkan arah KA tersebut ke jalur yang sudah tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang sedang bermain.

Namun hal ini berarti Anda mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif. Atau Anda akan membiarkan kereta tersebut tetap berada di jalur yang seharusnya?

Mari berhenti sejenak dan berpikir keputusan apa yang sebaiknya kita ambil

Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak.

Anda mungkin memiliki pilihan yang sama karena dengan menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak adalah sebuah keputusan yang rasional dan dapat disyahkan baik secara moral maupun emosional.

Namun sadarkah Anda bahwa anak yang memilih untuk
bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif, berada di pihak yang benar
karena telah memilih untuk bermain di tempat yang aman? Disamping itu,
dia harus dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang
bermain di tempat berbahaya.

Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di masyarakat, di dunia politik dan terutama dalam kehidupan demokrasi, pihak yang menjadi objek penderita harus dikorbankan demi kepentingan pemegang kekuasaan. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak yang berkuasa tersebut.

Nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya telah dikesampingkan. Dan bahkan mungkin tidak kita tidak akan menyesalkan kejadian tersebut.

Seorang teman yang men-forward cerita ini berpendapat bahwa dia tidak akan mengubah arah laju kereta karena dia percaya anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif.

Akibatnya mereka akan segera lari ketika mendengar suara kereta mendekat.

Jika arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka seorang anak yang sedang bermain di jalur tersebut pasti akan tewas karena dia tidak pernah berpikir bahwa kereta akan menuju jalur tersebut.

Disamping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan kemungkinan karena jalur tersebut
sudah tidak aman. Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam kereta.

Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak
dengan mengorbankan seorang anak, akan mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa HIDUP penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat. Dan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar.

"Ingatlah bahwa sesuatu yang benar tidak selalu populer dan sesuatu yang populer tidak selalu benar".

Hati Seluas Dunia

Dahulu kala, hiduplah seorang guru yang terkenal bijaksana. Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda dengan langkah lunglai dan rambut masai. Pemuda itu sepertinya tengah dirundung masalah. Tanpa membuang waktu, dia mengungkapkan keresahannya: impiannya gagal, karier, cinta, dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Sang Guru mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok.

"Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Sang Guru.

"Asin dan pahit, pahit sekali," jawab pemuda itu, sembari meludah ke tanah.

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di hutan dekat kediamannya. Kedua orang itu berjalan beriringan dalam kediaman. Sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Sang Guru lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sebilah kayu, diaduknya air telaga, membuat gelombang dan riak kecil.
Setelah air telaga tenang, ia pun berkata, "Coba, ambil air dari telagaini, dan minumlah."

Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Sang Guru bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut pemuda itu.

"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Sang Guru.

"Tidak," jawab si anak muda.

Sang Guru menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk bersimpuh di tepi telaga.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.Tetapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita pakai. Kepahitan itu, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan atau kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan cara pandang terhadap kehidupan. Kamu akan banyak belajar dari keluasan itu."

"Hatimu anakku, adalah wadah itu. Batinmu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah hatimu seluas telaga yang mampu meredam setiap kepahitan. Hati yang seluas dunia!"

Keduanya beranjak pulang. Sang Guru masih menyimpan "segenggam garam"
untuk orang-orang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan hati.

Doa Seorang Anak Kecil

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa.

Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo.. ayo.. cepat.. cepat.. maju.. maju...", begitu teriak mereka.

Ahha.. sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish-pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".

Mark terdiam.

"Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Amin

Cerita-cerita Pembangun Jiwa

Kawan-kawan, segala sesuatu di dunia ini tidaklah diciptakan Allah SWT. melainkan pasti ada manfaatnya. Begitu pula hal-hal yan terjadi di sekitar kita, semuanya mengandung hikmah. Tergantung kita apakah dapat mengambil hikmahnya atau tidak, dan berbahagialah bagi setiap orang yang mampu mengambil hikmah dibalik setiap peristiwa.

Ujian akhirnya selesai, setelah otakku dijejali pelajaran-pelajaran yang membuatku membanting tulang untuk belajar, akhirnya sirna seiring waktu yang menjemputku. Tatkala aku kembali ke rumah untuk sedikit merefresh pikiranku, aku menemukan mutiara-mutiara berkilauan yang tersimpan di laptop ayahku. Dan kini aku akan membaginya kepada yang membaca blogku.

Rabu, 28 Mei 2008

Para Penguasa yang Bikin Ketawa

Penguasa dan Jin

Suatu ketika, seorang penguasa mengelus-elus lampu Aladdin milliknya. Setelah jin itu keluar, seperti biasa ia mengajukan beberapa permintaan.

Penguasa :”Hai Jin, aku punya permintaan nih!”

Jin :”Oh silahkan paduka, apapun yang paduka minta akan saya kabulkan”.

Penguasa :”Aku minta kau menghidupkan kembali ayahku yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu !”

Jin :”Wah, kalau itu sangat sulit sekali tuan”.

Penguasa :”Oh, jadi kamu tidak sanggup mengabulkannya ?”

Jin :”Ya Tuan!”

Penguasa :”Kalau begitu, aku ada permintaan lain untukmu”.

Jin :”Oh, silahkan tuan.”

Penguasa :”Jadikan diriku sebagai penguasa yang dicintai dan dipuji oleh rakyat saya!”

Jin ”Tidak wahai Tuan, biarlah saya hidupkan kembali ayahanda tuan, karena itu lebih mudah daripada membuat tuan menjadi raja yang dicintai dan dipujin oleh rakyat tuan.”

Bersin

Suatu ketika Gamal Abdul Naseer Presiden Mesir sedang berpidato dihadapan para pejabat Mesir. Ketika ia sedang semangatnya berpidato, tiba-tiba terdengar salah seorang hadirin bersin. Sang Presiden pun diam sejenak sambil menghentikan pidatonya sambil menatap dengan tajam Lantas ia bertanya “Siapa yang tadi bersin?”

Tak ada satupun jawaban dari hadirin. Akibatnya hadirin yang duduk dibarisan pertama diberondong peluru dari pasukan pengaman Presiden. Setelah itu, Presiden bertanya lagi, “Siapa yang tadi bersin?” Ternyata masih juga tak ada jawaban dari hadirin. Maka, berondongan peluru yang sama menghantam hadirin yang duduk di barisan kedua. Setelah itu, Sang Presiden mengulangi lagi pertanyaannya, ternyata di baris ketiga ada seseorang yang berani menjawab. Dengan agak gemetar karena ketakutan ia mengangkat tangan sambil berkata, “Saya tuan Presiden”. Maka dengan spontan, Presiden Gamal Abdul Naseer mengucapkan, “Yarhamukallah.”

Menanamkan Arti Pentingnya Menanam terhadap Anak-anak Indonesia

1. Pendahuluan

Anak-anak Indonesia merupakan generasi penerus yang akan meneruskan estafet tongkat kepemimpinan dari generasi sebelumnya. Mereka juga menjadi tunas bangsa yang diharapkan dapat tumbuh untuk membangun dan membuat Indonesia kembali berjaya.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa salah satu permasalahan yang menghinggapi bangsa ini adalah masalah lingkungan hidup. Sudah menjadi hal biasa saat mendengar, melihat atau membaca dari berbagai media informasi berhektar-hektar hutan di tebang secara ilegal (illegal logging). Sudah menjadi makanan sehari-hari kita suhu udara yang membakar kulit kita dan polusi udara yang menjadi teman setia kita saat kita bepergian dii perkotaan. Sehingga tidak aneh kalau belakangan ini, banjir,gempa,tsunami bahkan lumpur panas beramai-ramai “mengunjungi” Indonesia tercinta ini.

Maka dari itu, anak-anak sebagai harapan bangsa, sedini mungkin harus kita kenalkan dan ajarkan tentang memelihara lingkungan hidup. Dan salah satu caranya adalah dengan mengajarinya menanam tanaman yang arti penting dan manfaatnya akan diuraikan setelah pendahuluan ini.

2. Sebatang Pohon Sangat Berarti

Ada seorang bapak yang menasihati anaknya, “Nak, kita tanam pohon di halaman rumah kita yuk! nanti pasti bumi kita akan asri dan kita akan bernafas dengan tenang karena tidak kekurangan oksigen.” Tentu saja sii anak heran, masak sih hanya dengan menanam pohon akan menjadikan bumi asri dan umat manusia bernafas dengan sehat. Mungkin si anak hanya berpikir sebuah pohon yang ia tanam. Dia tidak berpikir bahwa kalau dalam satu hari yang sama ribuan atau jutaan anak lainnya juga menanam pohon seperti dirinya, maka sudah ada ribuan bahkan jutaan pohon yang ditanam di dunia ini. Dan jumlah sebanyak itu cukup untuk penghijauan bumi dan penyediaan oksigen umat manusia.

Tidak terbayang memang sebatang pohon yang ditanam seorang anak dapat menghijaukan dunia ini. Padahal kalau kita berpikir secara sosial, maka perilaku kolektif dari ribuan atau jutaan anak yang menanam pohon sangat mungkin untuk kembali menghijaukan kembali lingkungan kita. Dan itu semua dapat terwujud kalau anak tahu dan diajari tentang arti penting dan manfaat menanam bagi kehidupan mereka.

3.Arti Penting Menanam

Menanam adalah proses menumbuhkan bibit diatas tanah atau media lain yang sudah diolah sehingga berkembang menjadi tanaman atau tumbuhan.Para Antropolog menyebut kebudayaan yang merupakan hasil hasil cipta, karsa dan rasa manusia dengan istilah culture. Adapun culture sendiri berasal dari bahasa latin colore yang berarti “mengolah, mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”. Penggunaan kata culture untuk aktifitas mengolah tanah dan bercocok tanam oleh para antropolog menunjukan bahwa aktifitas ini oleh mereka dianggap sangat penting.

Tanaman merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan ekosistem.Dilihat dari hasilnya, tanaman atau tumbuhan merupakan merupakan sumber kebutuhan kita baik sandang, pangan maupun papan. Kita dapat makan yang merupakan sumber energi karena ada tanaman. Kita dapat bernafas dengan baik dengan menghirup oksigen karena ada yang merupakan hasil reaksi fotosintesis karena ada tanaman. Kita juga dapat meminum air bersih dikarenakan jasa tumbuhan yang menyimpan cadangan air melalui akar-akarnya yang itu semua merupakan hasil aktifitas menanam.

4. Menanam dan Surga Dunia

Dalam al-Quran, manusia diciptakan oleh Allah swt. sebagai khalifatu fil ardl yang bertugas untuk memakmurkan bumi (QS: 11:61). Salah satu upaya pemakmuran bumi bumi Allah ini adalah melalui aktifitas menanam. Dengan adanya aktifitas menanam, bumi akan menjadi indah, rimbun, makmur dan sejahtera. Dalam bahasa al-Quran, bumi indah dan rimbun yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan dengan kata jannah (taman). Kata jannah sendiri seakar dengan kata Junnah (perisai), Jinnah / Jaan (salah satu nama makhluk Allah swt). Walaupun antara ketiga kata tersebut terdapat perbedaan penyebutan, namun secara substansial memiliki memiliki irisan makna yaitu sesuatu yang tersembunyi dan melindungi. Taman atau kebun merupakan tempat berlindung berbagai organisme dari teriknya matahari melalui rimbunnya pepohonan. Perisai merupakan alat untuk melindungi diri dari ancaman senjata musuh baik pedang maupun tombak ketika sedang berperang. Sedangkan jinn/jaan adalah makhluk Allah swt. yang keberadaannya tersembunyi dari pandangan mata manusia kecuali dengan izin Allah swt.

Di dalam al-Quran, surga sebagai tempat kebahagiaan yang dijanjikan untuk orang-orang beriman dan bertaqwa disebut juga dengan kata jannah. Penyebutan jannah untuk dua realitas yang berbeda yaitu surga dan taman menunjukan bahwa diantara dua realitas tersebut memiliki kesamaan fungsi walaupun wujud keduanya berbeda. Maka dari itu, tidaklah salah jika kita sudah dapat membudayakan menanam dalam kehidupan, kita bisa menyebut lingkungan kita sebagai surga dunia.

5. Manfaat Menanam dalam Perspektif Eco-Theology

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda : “Tidaklah dari seorang muslim menumbuhkan tumbuhan atau menanam tanaman kemudian bagian dari tanaman/tumbuhan itu dimakan burung , manusia, atau binatang kecuali padanya terdapat shadaqah.” (H.R. Muslim)

Hadits diatas menerangkan secara eksplisit bahwa manfaat menanam tanaman akan kembali kepada penanamnya. Dikarenakan apabila tanaman yang kita tanam dapat bermanfaat bagi makhluk Allah yang lainnya, maka tanaman kita dapat menjadi shadaqah jariyah yang pahalanya terus mengalir walaupun kita telah meninggal nanti.

Dalam rantai makanan, tumbuhan juga menempati posisi produsen yang menjadi makanan bagi tingkatan konsumen selanjutnya. Tanaman juga menjadi penyimpan energi terbesar dalam peristiwa aliran energi dari produsen ke konsumen. Hal ini dikarenakan tumbuhan merupakan organisme autotrof yang bisa membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari.

Dari uraian-uraian diatas, cukuplah kiranya kita ketahui bahwa aktifitas menanam sangatlah penting bagi kehidupan kita ini. Dan sangat merugilah orang-orang yang belum mengerti arti menanam serta belum mengenalkan arti pentingnya menanam bagi anak-anak Indonesia.

6. Realitas yang Bertolak Belakang

Walaupun aktifitas menanam itu begitu penting, namun dalam kenyataannya aktifitas ini sudah tidak lagi familiar dikalangan anak-anak di Indonesia. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Pertama, karena adanya pengaruh ideologi konsumerisme yang menyerang anak-anak kita. Gaya hidup ini ditandai dengan cara berpikir bagaimana “menggunakan” benda konsumsii bukan “menghasilkan” atau “memproduksinya”, sehingga anak-anak kita jarang yang berpikir untuk menanam tetapi hanya makan,makan dan makan. Kedua, masih sedikitnya peran pendidikan dan media informasi dalam mengenalkan pentingnya menjaga lingkungan hidup bagi anak-anak Indonesia. Kita masih dapat menghitung banyak sekolah alam yang sudah didirikan di negeri kita ini. Dan tayangan Bolang (Bocah Petualang) masih menjadi satu-satunya acara televisi yang memperkenalkan dan mengajarkan anak supaya peduli terhadap lingkungan hidup.

Maka tidak heran jika timbul kekhawatiran dari berbagai pihak sepertii aktivis lingkungan hidup, pecinta alam dan rakyat Indonesia lainnya terhadap realitas seperti ini. Mereka mengharapkan tumbuhnya generasi muda (anak-anak dan remaja ) yang peduli lingkungan hidup. Sehingga lingkungan hidup dan alam Indonesia dapat terselamatkan di masa depan.

7. Beberapa Solusi

Menghadapi kenyataan yang seperti itu, maka kita harus mengupayakan langkah antisipatif untuk memberikan paradigma terhadap anak-anak Indonesia tentang pentingnya menanam. Dan berikut akan diuraikan beberapa langkah untuk menanamkan arti pentingnya menanam terhadap anak-anak Indonesia.

Ø Masyarakat khususnya para orang tua sedini mungkin harus mengenalkan anak-anaknya tentang arti pentingya menanam. Karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama bagii anak untuk belajar bersikap dan berpikir sebelum memasukii lingkungan luar. Dan dengan pola pendidikan yang benar dalam keluarga, anak-anak juga bisa dihindarkan dari budaya konsumerisme. Insya Allah, anak-anak Indonesia bisa menjadi anak-anak yang produktif di masa depan.

Ø Setelah lingkungan keluarga, pendidikan formal dan media informasi memberikan pengaruh yang sangat kuat bagi karakter anak. Oleh karena itu, pemerintah harus mengupayakan untuk memasukan dan meningkatkan kurikulum pendidikan mengenaii lingkungan hidup.Pemerintah juga harus mengadakan kegiatan-kegiatan yang membuat anak-anak tertarik dan mencintai lingkungan hidup. Setelah pendidikan, media sebisa mungkin menayangkan acara-acara anak lain yang ada hubungannya dengan menanamkan anak untuk peduli terhadap lingkungan hidup. Bukan hanya Bolang Si Bocah Petualang saja, masih banyak peluang lain untuk menayangkan hal serupa. Jika media sudah dapat berperan dalam membentuk paradigma anak, maka Insya Allah dalam waktu yang singkat anak-anak Indonesia akan mengerti arti pentingnya menanam.

Ø Masyarakat atau LSM-LSM supaya membudayakan gerakan menanam pohon khususnya terhadap anak-anak Indonesia. Dan semakin sering kegiatan tersebut dilaksanakan, maka akan semakin bagus hasilnya terhadap masyarakat dan anak-anak kita. Karena kita ketahui bersama, biasanya masyarakat Indonesia hanya tertarik kalau ada even-even yang besar. Maka kalau dimulai dengan mengadakan even-even besar, Insya Allah seterusnya akan tertanam kesadaran di masyarakat kita tentang pentingnya menanam.

8. Tanamlah! Walau Besok Kiamat

Rasulullah SAW. pernah bersabda : “Apabila esok kiamat terjadi, sementara di tanganmu ada bibit kurma, maka jika mampu menanamnya sebelum kiamat terjadi, tanamlah!” (H.R. Ahmad)

Bila kita melihat dari perspektif keduniaan, kita akan bertanya untuk apa menanam pada ketika segala sesuatu sudah tidak berguna lagi (kiamat). Bila kita menanam sementara esoknya kiamat, pasti kita tak kan dapat menuainya. Oleh karena itu,dibalik pernyataan hadits tersebut terdapat makna bahwa menanam biji yang ikhlas karena Allah swt. pasti akan menuai pahalanya di akhirat kelak.

9. Kesimpulan

Dari uraian panjang diatas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya:

Ø Menanam merupakan aktifitas yang sangat vital bagi umat manusia.

Ø Mengenalkan arti pentingnya menanam terhadap anak-anak Indonesia merupakan hal yang sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Ø Menanam merupakan aktifitas yang menguntungkan baik dari segi dunia dan akhirat.

Jadi, mulailah menanam sekarang juga !

Wallahu A’lam

Kepustakaan :

Karman dkk. Islam dan Lingkungan Hidup, Bandung: Pimp. Daerah Muhammadiyah Kota Bandung,2007.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi, Rineka Cipta: Jakarta,1991.

Artikel ini merupakan artikel yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel YKAI dan UNICEF untuk penulis muda.