Selasa malam, 10 Juni 2008 menjadi sebuah malam yang sangat bersejarah bagiku dan teman-teman. Malam itu, kami memulai sebuah babak baru bagi perjalanan angkatan kami. Acara yang sejak lama kami rencanakan akhirnya sudah di depan mata, dan kami sudah tidak sabar menunggunya. Diiringi dengan perubahan rona wajah teman-temanku yang menjadi lebih cerah pada malam itu, kami memulainya dengan mengadakan pembukaan disertai pengarahan oleh Bapak Agus Yusuf dan Pak Ruhan. Kemudian kamipun mempersiapkan diri serta perbekalan untuk menyongsong Dunia Fantasi nanti. Akhirnya bis yang ditunggu-tunggu datang juga, dan kurang lebih pukul setengah sebelas malam akhirnya perjalanan panjang pun dimulai.
Suara didalam bus menjadi semakin gaduh tatkala Aghe dan kawan-kawan mulai bernyanyi, diiringi hentakan drum Fikri yang memecah keheningan malam itu. Di dalam bus pun kami menyempatkan diri untuk menonton film Evan Almighty yang cukup menghibur. Malam itu pun kami larut dalam kegembiraan yang terpancar raut muka kami di sepanjang perjalanan.
Saat fajar mulai menyingsing, kamipun sampai di sebuah tempat yang membuat hati kami tak henti-hentinya memuji asma Allah SWT. Mesjid Kubah Emas Dian Al Mahri Depok memang membuat mata kami terbelalak. Arsitektur dan keindahan mesjid itu memang membuat seakan kami berada di negeri lain. Mesjid yang dibangun oleh Dian Al Mahri tersebut memang sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin melihat keindahannya. Sehingga aku berpikir kalau mesjid ini lebih baik dijadikan museum daripada mesjid. Kami melaksanakan sholat subuh disana dan mandi serta bersiap-siap untuk menuju Jakarta.
Mesin bus kembali dijalankan, suasana menjadi gaduh kembali tatkala Dulloh dan kawan-kawan bernyanyi kembali, dan kegembiraan pun kembali menyelimuti hati kami semua. D’Masiv, Changcuters, Close Head dan Avenged, menjadi band yang hits nya dinyanyikan oleh kami. Dan kami pun larut dalam canda tawa seiring dengan kencangnya bus menuju tempat tujuan.
Akhirnya, tibalah kami di tempat tujuan, di tengah udara yang hampir-hampir membakar kulit kami, dan teriknya sinar matahari kami pun mulai melakukan petualangan. Tapi sebelumnya untuk mengisi energi dalam tubuh kami, kami makan dulu di restoran Laut Biru yang memang menyajikan makanan yang cukup memuaskan dan mengenyangkan kami. Setelah itu, sambil menunggu Dufan dibuka, kami menikmati pemandangan Pantai Ancol yang walaupun terlihat sedikit keruh. Teman-temanku pun ada yang berwisata ke tengah laut dengan perahu yang disewakan oleh para nelayan untuk mencari nafkah.
Tatkala gerbang Dunia Fantasi dibuka, kami pun mulai memasukinya dengan penuh semangat dan harapan. Kemudian kami yang berkelompok-kelompok mulai menikmati wahana-wahana yang memicu hormone adrenalin serta menghasilkan hormone endorphin dalam tubuh kami. Halilintar, Arum jeram, Tornado, Extreme Log, Perang Bintang, Kicir-kicir,Kora-kora, dan banyak wahana lainnya kami jelajahi. Walaupun masih ada teman-temanku yang merasa “masih punya jantung” sehingga enggan untuk menaikinya. Tapi tak apalah, memang Allah memberi kemampuan kepada setiap manusia itu berbeda-beda, dan hal itu merupakan rahmat Allah bagi kita semua. Walaupun kami sudah menjelajahi wahana-wahana Dufan, tapi rasa lelah seolah enggan menghampiri kami. Yang kami rasakan hanya sebuah euphoria atas keberhasilan kami merealisasikan mimpi menjadi nyata. Pak Oleh, pak Ruhan, Pak Yadi, Pak Agus Barkah, Pak Opik, Bu Ai, Bu Eka dan Bu Ummi pun gembira sekaligus bangga melihat anak-anak didik mereka yang masih nakal-nakal ini bisa mrealisasikan cita-cita mereka. Momen-momen bahagia tersebut berhasil terdokumentasikan dengan baik berkat kerja juru foto angkatan yang menenteng kamera kemana pun mereka pergi.Dan setelah puas menikmati wahana-wahana Dufan, kami menyaksikan pertunjukan Police Academy yang membuat kami kagum walau ada sebagian adegan yang memang tidak pantas dilihat oleh seorang santri. Dan hari pun menjelang petang, tak terasa beberapa jam lagi Fantastic Tour akan segera berakhir.
Huh, akhirnya lelah pun menghampiri kami juga, tapi alhamdulillah kami disambut kembali oleh hidangan yang menunggu disantap oleh kami di restoran Simpang Raya. Kemudian setelah menunaikan Solat Maghrib, kami kembali menaiki bus untuk menuju Mesjid At Ta’awun Puncak. Ditengah perjalanan pun euphoria kami ternyata belum lenyap. Kami bernyanyi bersama-sama dengan satu orang yang bernyanyi di depan. Aku, Arrozaq, Faisal, Dulloh, Irham, Adus, pun menjadi orang-orang terpilih untuk bernyanyi di depan teman-teman. Tapi ada satu teman kami yang (sorry ya Den!) memang benar-benar jual mahal, yaitu Dendy.Entah kenapa padahal rambutnya yang baru di rebonding cukup terlihat sebagai sebagai vokalis band lho. Tapi dibujuk dengan rayuan apapun tetap tidak menggoyahkan ketetapan hatinya untuk tidak bernyanyi. Ya sudah lah, daripada membuang-buang waktu lebih baik teman-temanku yang lain yang bernyanyi.Saat pemenangnya diumumkan, aku tak menyangka ternyata akulah pemenangnya bersama arrazaq. Memang bukan suara sih yang dinilai, tapi berdasarkan polling teman-teman, dan mereka banyak yang memilihku, sehingga akulah pemenangnya.
Malam itu, tibalah saat-saat penutupan acara di Masjid At Ta’awun Puncak. Kami berkumpul di halaman masjid untuk acara pembagian hadiah sekaligus penutupan acara. Walaupun masih banyak teman-temanku yang tertidur di bus dan tidak mengikuti acara tersebut, tapi acara tetap berlangsung dengan baik. Tidak semua dari kami merasakan kebahagiaan malam itu, ada seorang teman kami yang terkena musibah yaitu Shasha. Dia kehilangan tas serta barang-barang yang ada di dalam tas itu. Dia terus bersedih sepanjang malam itu. Yah, mungkin iman dia lagi naik kali, jadi Allah Swt. memberikan ujianNya malam itu. Kami semua juga turut membantu mencari tasnya di masjid itu. Semoga dia ikhlas menerimanya.
Acara demi acara telah kami lewati, dan bus pun sudah menunggu kami untuk kembali ke Ma’had tercinta ini. Sungguh perjalanan pulang serasa beberapa menit saja, karena mayoritas dari kami tertidur dalam perjalanan. Bahkan kami di kelasku, hanya IFT saja yang terbangun saat membeli oleh-oleh untuk keluarganya di Cianjur. Duh, memang sudah pada cape kali ya!. Saat terbangun, ku sudah melihat lagi pemandangan Garut malam hari, dan tinggal beberapa ratus meter lagi dari Ma’had. Akhirnya, Fantastic Tour pun usai, dengan menyisakan kenangan yang indah dihati kami. Tepat pukul 3 subuh, kami masuki lagi gerbang Ma’had yang sunyi karena para santri belum pada bangun. “Sal, sukses!” kata Pak Yadi kepada ketua pelaksana Faisal. Memang diluar dugaan, tapi inilah hasil perjuangan kami. Walaupun dalam perencanaan acara ini kami banyak melakukan blunder-blunder dalam mengorganisasi acara, tapi ini cukup adil bukan. Allah Swt. memberikan kepada kami khusnul khatimah bukan karena kesalahan kami yang banyak, tapi karena tekad kami yang tak pernah padam. Dan ingat bahwa kesalahan-kesalahan yang kami perbuat merupakan kado dari Allah Swt. yang menunjukan kepada kami kekurangan-kekurangan sehingga kami dapat memperbaikinya kelak.
Memang Fantastic Tour menjadi sebuah memori yang tak terlupakan bagi kami. Karena disanalah kami merasakan hebatnya kebersamaan. Walaupun setiap hari kami selalu bersama-sama baik di asrama, di kelas maupun di masjid, tapi Fantastic Tour menjadi sebuah memori dimana kami bersama-sama dalam kegembiraan. Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin