Kamis, 17 Januari 2008

The Small History of Hijrah

There was a great moment in Islamic development until Islam can reached the universe. It was the begin of the Islamic development and the monarchy of Islam. It was also the begin of the Islamic victory then people professed the paganism faith. Its name Hijrah.

Hijrah in its etymology is arranged from Ha Ja Ra, which according to the arabic dictionary means "leave" or "move from one place to the other place". And its terminology is the moving of Rasulullah and moslem people from Mecca to Medina for developing Islamic faith. This moment was based on command of Allah SWT because of situation in Macca was impossible for Islamic development.
You know that in Macca Muhammad and his followers got the tortures and threats from their society. Until came the help from Allah SWT with the coming of people from Yatsrib who believe that Muhammad was the messenger of Allah SWT. Afterwards, moslem people and Yatsrib people made the agreement of Aqabah I and II. Its contain was they will not identify Allah SWT with something, They will not killing the children, they will not having sexual intercourse before married, they will not saying lie and doing the rebellious.
And then moslem people started to do hijrah. They went to Medina leaving their homeland and their brother who was not moslem. They went hiddenly because they worry if Quraisy people knew then hindered moslem people to hijrah.
Before Rasulullah did Hijrah, there was a moment where quraisy people want to kill him. But Allah aborted their plan with change the position of Rasulullah with Ali on Rasulullah's bed.
Rasulullah went to Medina with Abu Bakar by riding camel. They also hide in Tsur Cave where Allah give them the miracle shaped the cage of spider who didn't damaged until the opponent of moslem can't find them.
Finnaly, when they arrived in Medina, the society of Medina welcome them happily while sang.
And you know that, still many things that was done by moslem people to change civization fom Jahiliah into Islamic Civilization.

Kamis, 10 Januari 2008

Sepucuk Surat Untuk Ma'had Darul Arqam

Bandung 21 Juli 2007

Kepada

Yth. Ma’hadku Tercinta

Darul Arqam

بسم الله الرحمن الرحيم

السلا م عليكم ورحمة الله وبركا ته

Ma’hadku Tercinta

Senang sekali rasanya akhirnya aku diberi kesempatan oleh Allah swt. untuk mencurahkan seluruh perasaan yang selama ini terus ku pendam dalam hati tentang dirimu yang sekarang menjadi menjadi tempat menaungi langkahku dalam menuntut ilmu, dan mengembangkan potensi demi meraih prestasi serta tempatku menemukan jati diri.

Jujur aku bangga lho dapat menjadi salah seorang dari santrimu, karena aku tahu bahwa kamu adalah pondok pesantren yang cukup dikenal oleh banyak orang. Kamu dikenal karena mampu mencetak kader-kader yang handal di masyarakat dan prestasimu pun cukup membanggakan di mata masyarakat. Orang tuaku menyekolahkan ku di sini karena menyimpan harapan besar terhadap masa depanku kelak.

Hari berganti hari, tak terasa sudah dua tahun aku di sini, dan sekarang aku sudah menginjak kelas tiga, selama itu pun banyak hal yang ku alami yang tak kan ku lupakan sampai hari nanti. Aku pun telah mendapatkan banyak hal di sini, ilmu agama, umum, dakwah dan yang lainnya Alhamdulillah telah ku kuasai, yang aku percaya semua itu akan menjadi bekalku baik di dunia maupun di akhirat nanti. Tapi perjalananku di sini masih panjang, masih banyak hal yang harus kulalui, dalam menggapai hal-hal yang selama ini aku cita-citakan.

Ma’hadku Tercinta

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, begitu juga yang aku rasakan selama belajar di sini, aku merasa masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam dirimu. Karena pada kenyataannya, aku aneh melihat santri-santrimu walaupun hanya sebagian saja, tapi sepertinya mereka kehilangan jati diri sebagai seorang santri sehingga mereka banyak melakukan hal-hal yang tidak pantas dilakukan oleh pelajar yang bersekolah di sebuah pondok pesantren. Dari soal bahasa sehari-hari saja, aku melihat masih banyak santri-santrimu yang berbahasa seperti layaknya preman di terminal, atau orang yang tidak berpendidikan lainnya. Prilaku mereka pun, masih ada yang mengikuti tingkah laku orang-orang diluar sana, seperti rokok, kemudian bergabung dengan geng yang tidak jelas, dan lain sebagainya.

Aku akui bahwa memang kami sebagai santri yang banyak bersalah karena tidak mematuhi peraturan yang sudah engkau tetapkan dan malah melanggarnya. Dan aku akui bahwa kami melakukan hal-hal itu karena kami belum sepenuhnya dewasa dan masih harus lebih banyak belajar. Tapi di sisi lain, aku juga menginginkan adanya perbaikan dalam dirimu, karena aku melihat kurangnya penegakkan kedisiplinan terhadap santri-santrimu. Karena kalau dibiarkan, maka mereka tidak akan takut lagi kepadamu dan hal itu akan merugikanmu juga. Dan memang aku dan teman-temanku mempunyai sebuah penyataan yang mudah-mudahan tidak menjadi kenyataan yaitu bahwa pondoklah yang butuh santri, tapi santri tidak lagi membutuhkan pondok. Kalau pernyataan tersebut sampai terjadi, maka aku tidak bisa membayangkan yang terjadi, karena pasti kamulah yang dirugikan oleh santri-santri yang memang sudah tidak butuh lagi kepadamu.

Ma’hadku Tercinta

Kenapa ya kata kakak-kakak kelasku, kamu yang sekarang berbeda dengan yang waktu dulu?, sekarang bangunanmu sudah megah, fasilitasmu sudah lengkap, makan sudah enak dan belajar pun sudah nyaman. Tapi aku lihat, semakin ke sini sepertinya kualitas santrimu malah semakin menurun. Walaupun kuantitas memang semakin banyak,sehingga hanya sedikit yang berkualitas. Dan memang kita harus bersama-sama instrospeksi diri atas hal ini, karena aku tidak ingin semakin mahal SPP, tapi kualitas santri-santrimu malah semakin menurun. Karena aku takut suatu hari nanti, kamu akan kehilangan semua pencapaianmu selama ini, disebabkan oleh sebagian santrimu yang kurang cakap di tengah-tengah masyarakat yang disebabkan oleh kualitasnya yang kurang.

Aku juga berpesan kepadamu untuk bisa memajukan IRM dan HW. Keduanya merupakan organisasi yang mewadahi santri untuk belajar dan bisa berorganisasi, sehingga Insya Allah Muhammadiyah tidak akan kekurangan kader di masa yang akan datang jika sejak dini dilatih untuk mengerti dan memahami tentang organisasi. Dan sangat disayangkan jika kamu kurang mendukung keduanya dalam menjalankan programnya masing-masing. Jadi aku berharap agar kamu dapat terus memberikan bimbingan serta dukungan kepada keduanya.

Lalu aku berharap kamu juga bisa membantu mengembangkan potensi yang ada pada diri santri. Karena alangkah tidak baiknya jika kamu menghalang-halangi kebebasan ku untuk berekspresi dan mengembangkan potensi, dengan alasan mengganggu pelajaran atau yang lainnya. Karena aku bisa sukses bukan hanya karena belajar dan mendengarkan guru setiap hari di kelas, tapi juga karena aku aktif di organisasi, mengadakan kegiatan dengan teman-teman, main band dan lain sebagainya.

Ma’hadku Tercinta

Sekarang, tibalah bagian akhir dari surat ini, sebenarnya masih banyak hal yang ingin ku ungkapkan kepadamu, karena jika dalam sehari aku menulis satu paragraf saja tentangmu, maka selama dua tahun ini sudah ada sekitar tujuh ratusan paragraf yang ku tulis, dan surat ini hanya berisi sebelas paragraf saja, tapi mungkin di lain kesempatan saja, lagi pula Insya Allah surat ini sudah cukup mewakili keseluruhan perasaanku selama ini.

Aku juga berharap agar kamu dengan senang hati menerima surat dari ku dan memaafkan apabila di dalamnya terdapat kesalahan, karena aku hanya salah seorang santrimu yang baru dua tahun menuntut ilmu sehingga masih banyak yang harus aku pelajari lagi.

Terakhir, aku mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepadamu dan guru-guruku yang selama ini telah mendidikku, pembinaku yang selama ini telah membimbingku dan aku yakin bahwa kalian semua ikhlas dalam melakukannya. Jazakumullahu khairan katsiiran. Akhir kata

Bravo Darul Arqam !!!

Nun Walqalami Wa Maa Yashthuruun

والسلا م عليكم ةورحمة الله وبركا ته

Hormatku

Salah seorang santrimu

M.Robby Rodliyya K

Rabu, 09 Januari 2008

Momen-momen Januari: Refleksi Pergantian Tahun dan Usia

9/1/2008

Waktu terasa cepat, Januari demi Januari telah ku lewati, dan sekarang adalah yang ke lima belas yang ku alami sejak dilahirkan. Seperti biasanya, di tahun ini aku pun melewati momen Tahun Baru Masehi, dan tentu saja tanggal yang kata kedua orang tuaku aku dilahirkan pada tanggal segitu. Dan yang tak kalah menarik adalah peringatan Tahun Baru Islam 1429 H yang dirayakan dengan cukup meriah di lingkungan rumahku. Tepat saat ku menulis tulisan ini adalah detik-detik menjelang Tahun Baru Islam, yang kita semua diingatkan terhadap strategi Rasulullah SAW. dalam menyebarkan misi dakwah ajaran agama rahmatan lil alamin ini.

Di TV kulihat banyak orang yang lupa dengan hanya merayakan Tahun Baru baik Masehi maupun Hijriah dengan pesta pora tanpa tahu makna dibalik itu semua. Alhamdulillah masih ada juga yang mengadakan mejlis dzikir bersama seraya meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang diperbuat selama ini. Karena memang bisa di bilang Januari ini juga bulan kesedihan dan keprihatinan mengingat saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana banjir dan tanah longsor di Pulau Jawa. Alangkah naifnya ketika kita berpesta pora sementara saudara-saudara kita sedang merindukan sesuap nasi untuk menentramkan perut mereka dan menghilangkan kesedihan mereka.

Semakin hari, semakin ku khawatir karena jatah umurku semakin berkurang.
Tapi, apa saja yang telah kulakukan untuk bekal menghadapNya...