Perempuan, seorang makhluk yang diciptakan Allah swt. tuk menemani Sang Adam yang kesepian. Seorang makhluk yang sangat berjasa dalam mempertahankan spesies manusia sehingga tidak punah hingga era globalisasi ini. Seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang dengan tangan dinginnya telah lahir banyak tokoh besar, para ilmuwan, para ulama bahkan para pemimpin dunia.
Aku tahu kau berasal dari kata “empu” yang dibubuhi imbuhan per dan an, jadilah kata “perempuan”. Aku ingat ketika Ken Arok meminta Empu Gandring untuk membuat keris demi cintanya kepada Ken Dedes, dan aku masih ingat pelajaran IPS di SD bahwa para empu seperti Empu Prapanca, Empu Sendok, Empu Panuluh yang menghasilkan karya besar berupa kitab-kitab terkenal. Tapi kamu lebih daripada itu, kau merupakan seniman yang telah memberi warna bagi dunia yang suram ini.
Di pundakmu bertumpu karakter para generasi penerus dan tunas bangsa ini. Tapi kenapa kau malah berpikir hal itu membebanimu, dan kau malah lari menemui hak-hak lelaki. Sebegitu parahkah doktrin feminisme yang absurd telah meracuni pikiranmu. Padahal islam telah menjunjung tinggi martabatmu. Generasi apakah yang akan dihasilkan dari para perempuan artis, penyanyi dangdut yang dengan goyangnya hanya menampilkan pesona erotika yang kelak kan berbuah siksa neraka? Generasi apa? Apalagi sekarang islam sedang berusaha bangkit dari kejamnya peradaban. Apakah kamu akan terus seperti ini?
Bukan, kamu diciptakan bukan sebagai racun dunia, aku yakin, melainkan kamulah pemanis dunia. Tapi kamu banyak yang menyimpang dari fithrah itu, sehingga pantas kalau kamu disebut racun dunia, yang butakan semua. Dan tidaklah aneh kalau Rasulullah SAW. bersabda bahwa yang paling banyak menikmati siksa panasnya api neraka adalah perempuan.
Wahai kaum perempuan, sadarlah! bangkitlah! bergabunglah dengan segolongan diantara kalian yang sedang membangun peradaban. Lahirkanlah banyak manusia hebat dimuka bumi ini, karena semua bergantung kalian. Ingat, tidak sedikit yang telah kau lakukan untuk dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar