Kamis, 07 Agustus 2008

Ini Soal Hidup: Pilih Enak atau Nikmat?

Ok lah, persoalan tentang hidup memang bukan pertanyaan yang mudah dan sederhana untuk dijawab. Tapi kali ini, aku akan sedikit menyajikan tentang sesuatu yang mungkin sering menjadi bahan perbincangan oleh kita semua.

Gini, aku yakin bahwa sifat dasar manusia adalah menginginkan adanya rasa enak dan nikmat dalam dirinya. Sifat tersebut kalau kata para filsuf disebut hedonisme. Nah, apa sih bedanya antara rasa enak dengan nikmat? Mungkin kalau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dua kata tersebut merupakan sinonim. Tapi aku mendapatkan sebuah pengertian baru tatkala mendengar nasihat dari Pak Edi pada pelajaran fisika dan Pak Ahi pada pelajaran khitobah.

Pak Edi seperti biasa pada pertemuan pertama tidak memberikan kami materi yang mungkin dapat membuat otak kami berkeringat. Tapi dia berbagi cerita bersama kami serta nasihat yang membuat hati kami cukup tersentuh. Entah kenapa, walaupun dia orang fisika, tapi kalau lagi ngasih nasehat dengan menggunakan dalil al-Quran dan fisika dia udah kayak ustad aja. Dan kemarin-kemarin, dia memberikan taushiah tentang hal ini, kita pilih hidup enak atau nikmat? Lalu dia mulai bercerita, bahwa ada saja orang yang sudah dianugerahi keenakan yang banyak. Rumah mewah, mobil banyak, istri cantik,jabatan tinggi, dll. Tapi ketika dia tidur seolah-olah tidak tenang, dia terus saja memikirkan hartanya, bagaimana ya kalau ada yang mencuri? Bagaimana ya kalau ada yang hilang? Bagaimana ya aku mendapat uang lagi besok? dll. Ya begitulah kehidupan orang tersebut. Dia sih emang hidup enak, karena segalanya udah punya, tapi dia hidup tidak nikmat, karena hartanya itu membuat dia gelisah.

Lain lagi dengan cerita Pak Ahi, seorang guru yang pernah nyantri di gontor dan jago banget dalam bahasa Arab dan pidato. Dia juga unik lho, walaupun kalau lagi marah bisa membuat badan kami panas dingin, tapi kalau lagi bicara di mimbar, ada saja omongan yang membuat para santri tertawa terbahak-bahak. Yah begitulah De-A. Kalau dia bercerita tentang hal yang sebaliknya dengan yang diceritakan Pak Edi. Dia becerita tentang seorang petani yang walaupun hidupnya kurang enak karena hartanya sedikit, tapi dia bisa menikmati hidup yang dijalaninya. Setelah bekerja, petani bisa makan dengan lahap, lalu tidur dengan nyenyak , seolah-olah tanpa masalah yang berarti dalam hidupnya. Nah, petani ini, walaupun hidupnya kurang enak, tapi dia hidup nikmat.

Saat aku mendengar dua cerita tadi, ya aku bisa mengambil sebuah gagasan bahwa kenikmatan hidup itu tidak tergantung pada banyaknya harta yang kita miliki, tapi bagaimana kita mensyukurinya. Dan aku lihat, orang yang diceritakan Pak Edi tadi merupakan para koruptor yang menyengsarakan rakyat. Yah, mereka telah salah pilih, mereka lebih memilih keenakan daripada kenikmatan.Sedangkan petani adalah orang yang lebih memilih kenikmatan daripada keenakan. Karena Allah Swt. menjanjikan kenikmatan yang besar tatkala kita bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah Swt. yang diberikan kepada kita.

Kalau aku sih lebih memilih untuk bisa hidup enak dan nikmat. Amien…

1 komentar:

faisol mengatakan...

selamat Berpuasa... semoga segala ibadah kita diterima oleh Allah SWT, amin...

saya membuat tulisan tentang "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan berkunjung ke:

http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
(link di atas adalah tulisan ke-1 dr 2 buah link bagaimana menjadi khatib efektif?)

tulisan ini ttg : teknik berpidato/retorika/khithabah & dakwah (bukan sekadar berkata-kata)...

semoga bermanfaat..
semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...

salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/