Sabtu, 19 Juli 2008

Tadrib al Lughah al Arabiyah al Mukatsafah

Pintu gerbang pesantrenku kembali terbuka, senyuman Pak Satpam kembali menyambut para santri kelas I, IV dan VI yang sudah kembali. Hari itu, tanggal 12 aku sangat bersemangat untuk kembali ke tempat peraduanku dalam mencari ilmu, tempatku mengembara dalam mencari makna, dan tempat ku berjuang mengalahkan semua tantangan. Ma'had Darul Arqam Muhammadiyah Garut, menjadi saksi semangatku yang sangat membara tatkala sampai dan memasuki dirinya. Seolah baru kemarin aku kelas I MTs., dan sekarang aku telah menjadi kelas I MA., memang waktu mengalir bagaikan air sungai. Entah ada jin apa yang merasuki tubuhku, tapi aku merasa seolah dilahirkan kembali. Aku seolah terlepas dari beban-beban yang membuatku stres ketika MTs., pokoknya sekarang aku merasa menjadi diriku yang baru, yang siapa tuk menyongsong masa depan yang cerah.

Episode I
Hari ini, tanggal 13 merupakan hari pertama Ma'hadku mengadakan acara, yaitu acara pembukaan taaruf, tadrib dan pembekalan PKL. Taaruf bagi kelas I, Tadrib bagi kelas IV, dan Pembekalan PKL bagi kelas VI. Dan aku oun berdebar-debar dengan apa yang terjadi padaku nanti. Seperti biasa sebuah acara yang monoton yang menurutku kayak gitu-gitu aja dan hanya sebagai formalitas kuikuti. Pak Mamak yang menjabat pimpinan ma'had kembali memberikan ceramah yang cukup lama. Dan ketika itu, aku semakin tidak sabar menantikan apa yang akan terjadi ketika Tadrib, apa ya? Mau tau?! yuk tetep aja baca tulisan ini.

Kami kelas IV putra-putri berkumpul di aula. Biasalah, seperti halnya acara pelatihan-pelatihan pada umumnya, kami semua dibagi berkelompok-kelompok, aku kebagian kelompok II. Dan setiap kelompok harus mengirim 3 orang wakilnya untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat bahasa Arab yang diadakan pada malam harinya. Ada hal yang menari dalam acara ini, tatkala setiap kelompok harus diberi nama, maka kelas ku bersepakat untuk memakai alumni kelasku aja yang udah keluar. Kelompok si Sahl namanya Imam Turmudzi, kelompok si Faisal namanya ar Razaq, kelompok si Irham namanya Abdul Ghani, dan mau tahu yang paling parah namanya? kelompokku yaitu Syihabudin. Soal kenapa parah gak usah tahu lah, ini urusan kelas angkatanku aja yang tahu. Dan setelah itu, ada pengumuman bahwa kelompokku kebagian pertandingan CC yang kali pertama, duh makin tegang nih buat malam kayak gimana ya?

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, setelah memperoleh materi-materi kebahasaan dari para guru, pada malam hari memang kegiatan tadrib diisi dengan kegiatan yang atraktif yaitu fawajir, atau dalam bahasa Indonesia cerdas cermat. Dan kelompokku pun maju ke depan untuk bertarung pemikiran. Dan tanpa memang sudah diperkirakan sebelumnya, kelompokku menjadi pemenang pertama dari lomba fawajir itu. Bahkan dengan skor yang tidak bisa dilebihi oleh peserta lain berikutnya-rekor- yaitu 2350. Yang kedua kelompok dari kelasku juga yaitu Faisal, dan yang tidak lolos ke babak selanjutnya yaitu dari kelas IV A yaitu kelompok Naufal dan Rohmatulloh.

Episode II
Sekarang hari kedua tadrib, dan ada suasana yang beda ketika subuh hari. Ba'da subuh yang biasanya waktu untuk mulai memasuki kelas dan belajar, khusus kegiatan tadrib ini maka teman-temanku dari kelas IV akan unjuk gigi berpidato bahasa arab dihadapan para santri dan asaatidz. Hari pertama Reno sebagai Raiisul Jalsah, Fathur dan Naufal yang jadi khatibnya. Ya walaupun memang masih dikritik oleh Pak Asep karena kurangnya kesiapan mereka, tapi setidaknya mereka sudah cukup berani untuk yang pertama kalinya berpidato bahasa Arab. besok adalah giliran aku lho buat khutbah al arabiyah. Yah, berarti hari ini aku harus nyiapin naskahnya dong!

Seperti jam sekolah biasanya, aku dan teman-temanku mengisi waktu untuk belajar bahasa arab bersama guru. Di tadrib ini, kami dapet guru yang keren-keren lho, Pak Ayi Mukhtar yang lulusan Universitas Ummul Qura Makkah, Bu Evi Fitriyah yang lama di Damascus dan pernah tiga tahun di Amerika, serta Pak Ahmad Saefudin dan Pak Ahmad Hidayat yang walaupun made in Indonesia tapi mereka tuh lulusan Gontor yang gak boleh diremehin kehebatannya, terus Pak Opiq yang emang jago qawa'id. Mereka mengajar kami semua ketika tadrib dengan antusias, dan nanti ketika kbm resmi sudah berjalan, mereka juga akan mengajari aku dan teman-teman ku lagi lho!

Siangnya, saat menyiapkan bahan naskah khutbah, aha! aku punya ide, aku akan mengambil tema tentang Birrul Walidain, dan akan menceritakan kepada teman-teman ku kisah Malin Kundang kepada teman-temanku dengan bahasa Arab. Keren gak tuh! Lalu, aku mulai menumpahkan kata-kata seadanya dari pikiranku ditemani oleh kamus yang selalu setia menemaniku. Sampai malam tiba, alhamdulillah naskahnya sudah selesai. Dan tinggal latihan retorikanya aja.

Episode III
Subuh ini, seperti biasa udara dingin kembali menyapaku, tapi entah kenapa aku merasa hangat subuh ini,mungkin udara yang dingin berbaur dengan panasnya rasa semangat ku dalam berkhutbah nanti. Sehingga pembauran itu membentuk sebuah sensasi yang benar-benar membuatku seolah akan mengunjungi dunia lain. Walaupun tidak terlalu tegang karena aku sudah terbiasa berpidato, tapi tetap saja ada perasaan khawatir di benakku kalau-kalau aku melakukan kesalahan. Tapi itu semua ternyata tidak terbukti, aku berpidato dengan sukses. Pak Ato memujiku dalam pengarahannya bahwa aku berhasil membuat naskah yang menggunakan kata-kata sehari-hari sehingga mudah untuk dimengerti pendengarnya.

Siang ini, aku mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi babak semi-final. Lawanku adalah Sahl, Faisal dan Fathur beserta teman-teman sekelompok mereka. Mereka kuakui nukan lawan-lawan yang mudah untuk dikalahkan. Mereka adalah orang-orang yang lolos dari babak penyisihan yang cukup ketat. Tapi aku yakin akan bisa menembus babak final malam ini.

Dan saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, 4 kelompok sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan hidup dan mati dalam permainan fawajir ini. Dan pertandingan berjalan seru, kami saling susul menyusul dalam perolehan natijah. Tapi terlihat hanya aku dan Fathur yang paling mendominasi, dan benar saja perkiraanku, akhirnya pertandingan pun berakhir dengan skor sama untuk ku dan Fathur yaitu 1900. Santri putri pun bersorak histeris menyaksikan pertandingan kami yang seru tersebut, dan tatkala menyaksikan skor akhir, mereka kembali bersorak puas menyaksikan pertandingan yang sangat memacu adrenalin ini.

Episode IV
Hari-hariku menjadi lebih segar tahun ini. Eh, aku belu cerita ya? Kakak kelas ku Taqia dan Iqbal udah pulang dari Amerika Lho. Mereka membawa sesuatu yang sangat berharga ke De-A, yaitu pengalaman. Mereka juga memiliki kemampuan berbahasa yang sangat mantap lah, sampai-sampai gaya bicara bahasa Indonesianya udah kayak Cinta Laura gitu deh! Ya, begitulah mungkin efek 1 tahun tinggal di USA, sampai bahasa Indonesia juga ada yang lupa. Yah, hari ini aku gak terlalu sibuk, soalnya baru besok aku bertanding final cc. Dan seperti biasa aku belajar lagi dengan teman-teman serta guruku untuk saling transfer ilmu.

Malamnya, aku juga penasaran ingin mengetahui siapa kelompok putri yang akan menjadi lawanku di final. Yang bertanding yaitu Yushi, Ghina, Ari dan Dhini beserta teman-teman satu kelompok mereka. Dan memang benar, semangat mereka sangat membara malam itu, mereka seakan lupa bahwa mereka itu adalah satu kelas. Mereka saling "menyerang" untuk saling menumbangkan, sampai akhirnya, kelompok Dhini dan Ghina lah yang jadi pemenangnya.

Episode V
Dan hari ini, adalah bisa di bilang adalah klimaks dari acara tadrib ini. Karena setiap kelas mempertaruhkan nama baiknya dalam pertandingan final fawajir nanti malam. Yang masuk final adalah kelompoknya Fathur dari kelas IV A, kemudian kelompokku dari kelas IV B, dan kelompok Ghina serta Dhini dari kelas IV Putri. Kami berempat bersama teman-teman pendukung kami sangat bersemangat mendukung kami. Dan pertandingan itu pun tiba, dihadiri oleh Pak Ato, Pak Ahi, Pak Hilmi serta para pembina yaitu Pak Oleh, Pak Iwan dan Bu Rosyda yang tak kalah larut dalam guncangan adrenalin malam itu. Dan entah kenapa, malam itu aku banyak membuat kesalahan malam itu, sehingga aku puas menduduki posisi ke empat deh. Ketiga Fathur, kedua Ghina dan Pemenangnya dari kelompok Dhini. Ya, aku sangat puas malam itu, karena aku bertemu dengan orang-orang yang sangat hebat yang dapat mempecundangiku malam itu. Jujur rasa kecewaku tak sebanding dengan rasa banggaku mempunyai teman-teman yang sangat hebat dalam berbahasa Arab. Aku jadi punya harapan besar untuk membangunkan kembali ghirah bahasa Arab yang sedang tertidur dalam diri santri Darul Arqam bersama mereka. Dan Pak Kepala Sekolah pun memuji kami, karena 90% pertanyaan dapat kami jawab dan hanya sedikit pertanyaan yang tidak kami mengerti. Dan aku sendiri menganggap bahwa tadrib tahun ini merupakan tadrib terbaik sepanjang masa.

The Last Episode
Hari demi hari telah kulalui, dan inilah hari terakhir aku menjalani tadrib. aku sedih banget lho, kenapa tadrib cuma satu minggu, bentar banget tuh! aku pinginnya sebulan aja atau lebih, Insya Allah aku bakal jago bahasa Arab. Dan acara penutupan pun tiba, seperti biasa pasti ada ceramah Pak Mamak dan pembagian hadiah. Aku maju ke depan untuk mengambil hadiah kelompokku yang juara keempat fawajir. Dan yang aku tidak sangka adalah bahwa ternyata aku juga di nobatkan sebagai peserta terbaik pada acara Tadrib. Alhamdulillah lah, setidaknya itu bisa jadi penghibur kekalahanku semalam.

Hari ini, aku dilahirkan kembali
Di Aliyah ini, aku mempunyai semangat yang baru
Dan akan ku tembus badai itu

Kamis, 10 Juli 2008

Doa Bareng Yuk!

Wah, gak kerasa nih kita udah masuk bulan Rajab, kalau gitu kita berdoa bareng-bareng yuk!

اللهم بارك لنا فى رجب وشعبان وبلغنا فى رمضان

Allahumma baarik lanaa fii Rojaba wa Sya'baana wa ballignaa fii Romadloon

Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami ke bulan Romadlon. Amien…

-Al Hadits-

Berfatwa, Tunggu Dulu!


Di zaman yang sudah serba mengalami perubahan ini, tentu banyak pula persoalan yang bermunculan. Dan sederhana saja, tulisan ini hanya ingin mengutip perkataan Dr.Yusuf Qardhawi tentang etika berfatwa.

"Kepada para ulama yang sangat ringan lisannya menjatuhkan kata haram, yang sering mereka katakan dalam fatwa-fatwa dan dalam buku-buku yang mereka tulis. Hendaklah mereka merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah Swt. Setiap kali mengucapkan kata-katanya, dan hendaknya mereka menyadari bahwa kata haram merupakan kata yang "berat", yakni mengacu pada hukuman dari Allah Swt. Kepada pelakunya. Ini urusan yang tidak bisa diduga-duga dan kelakar, tidak dengan dengan hjadits-hadits dla'if dan tidak pula dengan kata-kata yang termaktub dalam kitab-kitab lama. Sebaliknya, ia ditetapkan berdasarkan teks yang shahih dan syarih, atau ijmak yang terpercaya dan shahih. Mengapa demikian, karena wilayah kemaafan dan toleransi hukum itu sangatlah luas.

Imam Malik r.a. berkata, 'Tiada sesuatu yang paling berat bagi saya selain jika saya ditanya mengenai hukum halal dan haram, karena yang demikian itu berarti menetapkan hukum Allah. Saya menjumpai para ulama dan fuqaha di negeri kita dahulu, jika salah satu dari mereka ditanya tentang sebuah masalah, maka seakan-akan mereka menghadapi kematian. Sementara saya dapati orang-orang sekarang senang berfatwa. Sungguh, jika mereka mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka nanti, maka mereka akan lebih berhati-hati.'.

Para salafussaleh yang menjadi sandaran dan panutan umat tidak mengatakan 'ini halal, ini haram', tapi mereka mengatakan ' saya tidak suka yang seperti ini, saya lihat begini'.

Imam Syafii meriwayatkan dalam kitab al Um bahwa Imam Abu Yusuf murid Imam Abu Hanifah bahwa ia berkata "Saya jumpai guru-guru kami dari kalangan ahli ilmu dalam berfatwa tidak suka mengatakan 'ini halal, ini haram' kecuali hal-hal yang sudah jelas termaktub tanpa memerlukan penafsiran lagi."

Mungkin seperti inilah pandangan Dr. Yusuf Qardhawi mengenai perkataan halal dan haram, dan jangan salah sangka dulu bahwa hal ini ia khususkan kepada orang-orang yang mengharamkan musik dan nyanyian. Gak percaya! Baca deh buku Islam Bicara Seni karangan dia halaman 117.

Minggu, 06 Juli 2008

Ahmadiyah...Ahmadiyah,Bikin Repot Aja!

Kemarin-kemarin, kalau kita lihat baik di media cetak atau elektronik, yang menjadi topic utama adalah tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Sebenarnya, apaan sih Ahmadiyah? Gini nih, kalau aku boleh menjelaskan secara etimologis bahwa ahmadiyah itu berasal dari kata "Ahmad". Kemudian, diakhirnya ditambah Ya Nisbah dan tak Marbuthah sehingga jadi lah Ahmadiyah. Nah fungsi Ya Nisbah dan Ta Marbuthah ini untuk menunjukan arti yang mengikuti atau pengikut. Jadi secara singkat kita dapat simpulkan bahwa Ahmadiyah itu secara bahasa artinya Pengikutnya Si Ahmad. Itu secara bahasa, kalau secara istilah saya juga bingung euy! Soalnya saya bukan orang Ahmadiyah, jadi bisi salah kan repot, pokoknya mah artikan aja sendiri.

Emang aneh lho, kenapa sih Ahmadiyah bisa muncul? Jadi dulu ada seseorang yang namanya Mirza Ghulam Ahmad. Dia tuh katanya mah orang soleh, dan ngakunya mah dapet mimpi-mimpi yang berasal dari Allah Swt. Lalu dia mencatatnya dan sama pengikutnya dijadiin we kitab Tadzkirah. Dan yang bikin saya aneh, kenapa sih dia bisa ngaku-ngaku nabi? Atau cuma sama pengikutnya aja dia dianggap nabi? Setelah say baca buku karangan alumni pesantren saya Darul Arqam yaitu Kang Apep Fajar Kurniawan ternyata Ahmadiyah juga terbagi dua. Ada Ahmadiyah Qadiyan dan ada juga Lahore. Yang Qadiyan menganggap bahwa Si Ahmad itu nabi, sedangkan yang Lahore menganggap bahwa Si Ahmad itu bukan nabi melainkan Mujadid atau pembaharu. Mereka juga punya dalil-dalil yang berasal dari al Quran dan Hadits yang mereka tafsirkan sendiri. Kalau mau tahu lebih lengkap, baca aja deh skripsinya Kang Apep mahasiswa tafsir hadits UIN Jakarta yang mungkin saking bagusnya akhirnya diterbitkan jadi buku. Judulnya "Teologi Kenabian Ahmadiyah".

Lalu setelah jauh-jauh dari Lahore dan Qadiyan, saya kembali lagi neh ke Indonesia. Memang di Indonesia Ahmadiyah menjadi topik yang sangat hot menyaingi kawin cerainya para artis. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Yang pro katanya bahwa kebebasan agama harus dilindungi. Yang kontra katanya bahwa Ahmadiyah tuh sudah terang-terangan melempar kotoran ke muka umat islam karena tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir. Akhirnya, rame tuh perang sesama bangsa Indonesia. Sampai akhirnya pemerintah turun tangan dan keluar deh SKB 3 menteri. Yang intinya bahwa Ahmadiyah tidak boleh lagi menyebarkan fahamnya di Indonesia. Lagi-lagi tetep aja pada belum puas, dari yang pro kecewa, yang kontra juga menganggap bahwa SKB tersebut SKB "Banci", karena tidak berani untuk membubarkan Ahmadiyah. Yah, kalau saya mah hanya mendoakan semoga orang-orang Ahmadiyah sadar bahwa mereka itu udah bikin repot negara, pemicu konflik FPI vs AKKBB, pemicu perpecahan antara umat islam di Indonesia dan memicu umat islam membakar tempat yang dimuliakannya yaitu masjid. Cing, nyingkah lah ti Indonesia mah, daripada beuki ripuh euy! Nih, saya mah tidak ingin kematian kalian menyerupai kematian nabi kalian.

Jadi pas zaman dulu, Syaikh Abdul Wafa' seorang pemimpin Jamiah Ahlul Hadits di India pernah mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad. Ia menyingkap keburukan, kekufuran dan penyimpangan yang disembunyikan si Mirza. Nah, si Mirza gak sadar-sadar, akhirnya Syaikh mengajukan opsi Mubahalah. Kalau belum tahu bahwa Mubahalah adalah doa sungguh-sungguh diantara dua pihak yang berbeda pendapat. Tujuannya adalah agar Allah Swt. Menjatuhkan hukuman kepada pihak yang berdusta. Tahu kan sumpah pocong? Nah kayak gitu tapi ini mah dalam urusan agama dan keyakinan. Pada 15 April 1907 M, Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan surat Mubahalah terhadap Syaikh Abdul Wafa' yang isinya bahwa si Pendusta akan dilaknat oleh Allah, terkena kolera dan mati dalam keadaan hina. Tahu gak apa yang terjadi? Tak lama setelah mubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya. Tepatnya 13 bulan 11 hari, yakni yakni pada 26 Mei 1908. Ironisnya, Mirza mati di dalam WC karena kolera dalam keadaan berlumuran kotoran. Sedang Syaikh Abdul Wafa' tetap hidup hingga 40 tahun setelah kematian si Mirza.

Tuh, serem kan kematiannya, makannya mendingan cepet-cepet tobat deh! Dan yang gak masuk Ahmadiyah, perkuat lagi deh Akidahnya. Lieur euy zaman sekarang mah, udah banyak teuing pihak-pihak yang mengacak-acak akidah semau gue.

Sebelumnya sorry euy, tulisan ini bukan bermaksud buat menggurui, tapi hanya menyeru kepada yang membacanya. Dan kalau ada kesalahan pada bagian linguistic, sorry saya juga bukan mahasiswa jurusan bahasa yang mempelajari gramatika sintaksis atau semiotika yang berhubungan dengan semantic dan hermeneutika yang jadi interpretasi kontemporer yang berimplikasi terhadap dekadensi antropologi pada masyarakat yang tak berlogika. Saya cuma analis amatir yang masih menempuh studi kelas 1 Madrasah Aliyah di Ma'had Darul Arqam Garut.

Rabu, 02 Juli 2008

Kerisauanku

Jujur akhir-akhir ini, aku menjadi risau dengan sebagian kecil umat islam di Indonesia, yang asik menjalani konflik mempertahankan ideologinya masing-masing. Kaum liberal dengan kaum fundamental aku rasa menjadi tokoh utamanya. Mereka berdua seakan-akan berasal dari dua agama yang berbeda. Kaum liberal dengan ideologi pluralismenya terus membangun kekuatan di Indonesia dengan JIL nya. Mereka menyebarkan doktrin dan fahamnya di perguruan-perguruan tinggi islam. Begitupun kaum fundamental juga tetap istiqamah mendakwahkan ajaran mereka tentang berislam secara kaafah di pesantren-pesantren. Genderang perang seolah-olah ditabuh oleh kelompok satu ke kelompok lainnya. Dan inilah yang aku sesalkan, kenapa umat islam sulit untuk bersatu? Padahal kaum zionis yahudi serta amerika dan antek-anteknya sedang berpesta pora di Palestina serta Negara jajahan Islam lainnya.

Perbedaan adalah Rahmat

Ok lah, memang ada sebuah khabar yang mengatakan bahwa perbedaan di antara umatku adalah rahmat. Tapi kita lihat sekarang, banyak konflik yang terjadi dewasa ini kebanyakan karena perbedaan. Lantas, dimana letak kesalahannya? Menurutku, kesalahannya terletak ketika kita terlalu mempermasalahkan perbedaan itu. Aku merasa masih banyak sebagian kecil diantara umat Islam yang mengambil sisi-sisi negatif dari perbedaan tersebut. Padahal jelas Allah Swt. Yang menciptakan perbedaan, lalu kenapa ada yang berbeda tapi damai, dan ada juga yang berbeda tapi perang, pikirkanlah!

Musuh yang Sebenarnya

Sekarang, kita kembali ke topik awal. Untuk orang-orang yang sekarang sedang terlena memikirkan bagaimana caranya menghancurkan kaum Islam Liberal, dan juga bagi orang-orang yang sedang berpikir bagaimana menyingkirkan kaum Muslim Fundamental, Ingatlah! bahwa musuh kalian yang sebenarnya adalah kaum zionis yahudi. Merekalah yang menyebabkan semua permusuhan ini, mereka juga sedang tertawa terbahak-bahak melihat kita umat Islam tenggelam dalam konflik yang berkepanjangan. Mari sekarang kita bersama-sama bersatu, mau liberal, fundamental, NU Muhammadiyah, Persis, FPI, JIL dan lain-lainnya, bersatu dalam Agama Allah Swt.

Kebijaksanaan Allah Swt.

Memang terlintas dalam pikiran kita semua, "Ah pemikiran liberal mah pasti akan ditolak oleh Allah Swt. Ibadahnya". Atau "kelompok fundamental pasti dilaknat oleh Allah Swt. karena mengajarkan kekerasan terus", kata kelompok yang menentang. Dalam hal ini, aku tidak mau ambil pusing, toh Allah Swt. Yang Maha Benar kan. Sekarang mah sok kita lihat aja, apakah Sholat kita sudah khusyuk, kemudian kita menjaga diri dari perbuatan yang tak berguna, kemaluan kita sudah terjaga dari hal-hal yang diharamkan, kita sudah menunaikan zakat, kita sudah menjaga amanat, dan kita sudah rajin mengerjakan sholat di masjid dengan tepat waktu, serta apakah kita sudah termasuk kedalam Ibadurrahman? Coba sekarang kita menyibukkan diri dengan meningkatkan kualitas ibadah kita di mata Tuhan Yang Maha Penyayang, nggak usah sibuk terus menerus konflik, kalau saja semua umat muslim seperti itu? Insya Allah orang yang bersungguh-sungguh di jalanNya pasti akan ditunjukan yang mana sih yang namanya kebenaran itu. Amien…

Sekedar Menyeru

Yah, mungkin ini sekedar untuk menumpahkan kerisauanku, kerisauan seorang anak yang baru mau masuk Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Kerisauan seorang anak yang masih perlu untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Yang pasti, kerisauan seorang santri yang sedang risau.